KOMPAS.com - Kegemukan dan obesitas merupakan faktor risiko utama untuk sejumlah penyakit kronis, termasuk penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke, yang merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Kita sering kali mengukur tanda kegemukan menggunakan Indeks Massa Tubuh (BMI) atau bahkan sekadar mengacu pada angka beerat badan di timbangan.
Namun, sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature menyebut BMI saja tidak cukup untuk menilai apakah seseorang memiliki risiko kardiometabolik.
Para peneliti menyebut, penurunan lingkar pinggang juga menjadi target pengobatan yang sangat penting untuk mengurangi risiko kesehatan.
Menurut National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI) mengukur lingkar pinggang membantu kita mencari tahu kemungkinan risiko kesehatan yang menyertai kelebihan berat badan dan obesitas.
Jika sebagian besar lemak berada di sekitar pinggang daripada di pinggul, kita berisiko lebih tinggi terkena penyakit jantung dan diabetes tipe 2.
Baca juga: 2 Cara Mudah Ukur Berat Badan Ideal
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyebutkan cara mengukur lingkar pinggang dengan benar, yakni:
Risiko penyakit akan meningkat pada orang dengan ukuran pinggang lebih besar dari 88 cm untuk wanita atau lebih besar dari 102 cm untuk pria.
Lingkar pinggang lebih dari batasan tersebut tetap membuat risiko kesehatan seseorang meningkat, meskipun orang tersebut memiliki berat badan normal.
Baca juga: 4 Kebiasaan Makan Malam yang Berdampak Buruk pada Lingkar Pinggang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.