KOMPAS.com - Suami yang memiliki sifat temperamental bisa menjadi faktor buruk untuk pernikahan.
Tak hanya itu, keselamatan kita juga ikut terancam dengan emosinya yang tak terkendali dan sulit ditebak.
Jika dibiarkan terus-menerus, kemarahan tersebut bisa berkembang pada Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) baik verbal, fisik maupun emosional.
Baca juga: Pentingnya Kenali Indikasi Perilaku KDRT Sejak Pacaran
Namun kita perlu mengenali apakah sifat temperamen pasangan itu bisa diubah atau sudah mengakar terlalu dalam sehingga menjadi gangguan tersendiri.
Pernikahan menyatukan dua orang dengan sifat dan temperamen yang berbeda untuk menjalai kehidupan bersama.
Pada momen tertentu, pasti muncul letupan emosi yang sulit dikontrol atau tidak terduga.
Namun jika suami adalah pihak yang kerap marah maka pastikan kita tahu cara menghadapinya, seperti ini:
Ketika suami sedang marah, perhatikan perkataan atau perbuatan kita agar tidak makin menambah emosinya.
Jika kemarahannya bersifat sementara maka itu akan mereda seiring waktu.
Baca juga: Cara Bijak Mengatasi Rasa Marah, Bukan Malah Curhat
Saat pacaran, kenali temperamen pasangan kita untuk mengetahui apa saja yang menjadi pemicu kemarahannya.
Jika mereka mudah mengamuk karena hal yang kita lakukan atau tidak maka penyesuaian mungkin dibutuhkan agar hubungan bisa berjalan.
Namun jika pasangan kerap marah untuk berbagai alasan yang tidak bisa dipahami maka perpisahan adalah jalan terbaik.
Cobalah untuk mengajak pasangan bercanda ketika emosinya mulai bergolak.
Bisa juga mengucapkan hal yang menyanjung dan menenangkan untuk mengalihkan emosinya.
Sebagian besar kemarahan tumbuh dari kesalahpahaman sehingga kita harus mengklarifikasi hal-hal sebelum menjadi tidak terkendali.
Baca juga: Mengenali Sifat Temperamental dan Cara Sehat Mengatasinya