Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Lingkaran Toksik Berkedok Bestie, Ini 5 Tipe Teman Toksik Patut Diwaspadai

Kompas.com - 15/08/2023, 15:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Memiliki teman bisa membuat hidup kita lebih bermakna dan berwarna. Teman yang baik akan membantu kita merasa bahagia karena mereka mampu memberikan dukungan dan selalu berada di sisi kita saat berada di titik terendah.

Selain itu, menurut Healthline, memiliki hubungan pertemanan yang sehat berpotensi memperpanjang umur kita dan menurunkan risiko masalah kesehatan mental dan fisik, termasuk depresi dan tekanan darah tinggi.

Sayangnya, tak semua hubungan pertemanan mampu memberikan dampak baik. Dalam siniar Anyaman Jiwa episode “Lingkaran Toksik Berkedok Bestie” dengan tautan dik.si/AnyJiwBToxic, Psikolog Ayoe Soetomo mengungkapkan lingkungan yang cenderung membuat kita tak nyaman tergolong toxic.

Dalam Scholastic, Suzanne Degges-White, penulis Toxic Friendship, mengatakan pertemanan toxic terjadi ketika satu orang tersakiti atau dimanfaatkan secara emosional oleh temannya yang lain. Alhasil, hubungan itu pun terasa sebagai beban.

Itu sebabnya, ada tipe-tipe teman toxic yang perlu diwaspadai menurut Suzanne.

1. Si Paling Kompetisi

Teman yang memiliki ambisi terlalu tinggi dan kerap menjatuhkan kita bisa berbahaya. Apalagi jika ia selalu mendiskreditkan apa saja yang kita lakukan dan menganggap dirinyalah yang lebih baik di depan orang lain.

Baca juga: Erotomania, Delusi Cinta yang Tak Nyata

Sementara itu, di depan kita, dia selalu bersikap baik dan mendekati kita jika membutuhkan pertolongan. Mereka juga tidak akan suka jika melihat temannya sedang berbahagia atau merayakan pencapaiannya.

Hal ini disebabkan ego mereka merasa tersaingi oleh temannya. Mereka merasa khawatir karena berhasil dikalahkan oleh temannya sendiri.

2. Si Paling Alasan

Memiliki teman yang kerap tidak menepati janji dan enggan jujur sering kali menjengkelkan. Terlebih, jika mereka sering melakukannya sehingga membuat kita kesal. Apabila kita tegur, mereka cenderung tidak merasa dirinya bersalah bahkan menyalahkan kita.

Misalnya, saat sudah janjian pukul 11.00, mereka tak menepatinya. Mereka justru meminta kita untuk menunggunya sampai ia tiba tanpa merasa bersalah.

3. Si Paling Memanfaatkan

Teman toxic tipe ini kerap kali memanfaatkan kita untuk dirinya sendiri. Biasanya, mereka akan datang hanya jika membutuhkan sesuatu. Sementara itu, saat kita membutuhkannya, ia justru menghilang.

Padahal, sebagai seorang teman, mereka juga harus bersedia saling mendengarkan. Menurut Suzanne, pertemanan akan menjadi toxic jika salah satu teman hanya memikirkan dirinya sendiri.

Saat merasakan ini, kita perlu bersikap tegas untuk menegur teman tersebut. Akan tetapi, jika ia tetap saja melakukannya, segera jauhi teman itu. Hal ini justru akan menghabiskan waktu dan energi kita.

4. Si Paling Mengontrol

Teman yang terlalu dominan juga bisa menjengkelkan. Mereka sering kali berpusat pada dirinya sendiri, seperti sering kali memotong percakapan, mengomentari diri kita secara blak-blakan, hingga memaksa pendapatnya yang paling baik.

Baca juga: Mengenal Toxic Positivity dan Cara Mengatasinya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com