Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Healing dari Trauma, Apa yang Perlu Dilakukan?

Kompas.com - 20/09/2023, 18:06 WIB
Putri Aulia,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kita semua punya kenangan buruk atau memalukan yang masih menghantui kita walau peristiwanya telah lewat, seperti pengalaman kuliah yang tidak kunjung lulus atau diputus pacar. 

Meski setiap kenangan buruk bisa disebut trauma, namun beberapa jenis trauma meninggalkan bekas yang lebih dalam. Trauma terjadi akibat pengalaman yang sangat menyakitkan secara emosional dan dapat berasal dari berbagai hal, mulai dari kecelakaan fisik hingga pelecehan emosional.

Beragamnya penyebab trauma membuat proses penyembuhan trauma pun dapat berbeda-beda untuk setiap orang.

Baca juga: Penyebab Trauma, Gejala, dan Dampaknya bagi Kesehatan Mental

Trauma

Trauma adalah reaksi emosional yang terjadi dalam jangka panjang setelah mengalami peristiwa yang menyebabkan tekanan mental dan fisik yang besar.

Pemulihan dari trauma memerlukan waktu dan perawatan. Namun, perlu diingat mengabaikan atau menghindari gejala trauma bukanlah cara yang sehat untuk mengatasi masalah ini.

Natacha Duke, seorang psikoterapis mengatakan, menghindari trauma dapat memperburuk keadaan.

Ketika mengalami pengalaman traumatis, pikiran kadang-kadang dapat menyimpan kenangan tersebut dan memicu respons traumatis kapan saja.

Secara umum, trauma mempengaruhi dua bagian otak, yaitu:

  • Amigdala

Amigdala adalah pusat emosi di otak yang mengontrol reaksi kita terhadap situasi baik, buruk, dan segala hal di antaranya.

Saat trauma terjadi, amigdala dapat bereaksi kurang baik, membuatnya terlalu aktif dan selalu waspada terhadap potensi bahaya.

Amigdala berfungsi sebagai pusat perlindungan kita, yang cenderung memicu alarm palsu karena selalu mencari potensi masalah atau bahaya di sekitar kita.

  • Hippocampus

Hippocampus ini merupakan bagian otak yang menyimpan ingatan yang juga terkait dengan trauma.

Otak kita mengingat bagaimana perasaan kita saat mengalami peristiwa traumatis. Ketika hippocampus terpengaruh oleh trauma, otak kita sulit membedakan antara kenangan masa lalu dan kenyataan saat ini.

Hal ini dapat menyebabkan kenangan traumatis terasa seperti sedang terjadi sekarang.

Inilah sebabnya mengapa pengalaman atau pemicu tertentu dapat memicu kembali ingatan traumatis dan membuat seseorang merasa dalam mode respons melawan atau lari, meskipun tidak ada bahaya aktual.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com