Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Asia Memiliki Risiko Lebih Tinggi Terkena Stroke, Bagaimana Mencegahnya?

Kompas.com - 26/10/2023, 07:22 WIB
Elisabeth Christ Adventia,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Stroke adalah salah satu penyakit yang dialami banyak orang di masa kini. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stroke adalah penyebab kematian nomor dua di dunia yang menyebabkan 6,6 juta kematian pada tahun 2020 dan diperkirakan akan mencapai 9,7 juta pada tahun 2050.

Laporan tersebut juga menyatakan bahwa risiko stroke seumur hidup telah meningkat sebesar 50% dalam 17 tahun terakhir, dan sekarang satu dari setiap empat orang diperkirakan akan mengalami stroke selama hidup mereka.

Berdasarkan data dari Kemenkes RI, penyakit stroke di Indonesia di tahun 2018 pada penduduk berusia 15 tahun keatas memiliki prevalensi sebesar 10,9% yang diperkirakan mencakup 2.120.362 orang.

Stroke adalah kondisi medis serius yang terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu, hal ini dapat terjadi karena penyumbatan pada pembuluh darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).

Kondisi tersebut menyadarkan banyak pihak akan pentingnya edukasi mengenai stroke serta melakukan tindakan pencegahan.

Dr. dr. Yuda Turana, anggota Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (Indonesian Society of Hypertension) menyampaikan bahwa meskipun terdapat banyak faktor penyebab dari stroke seperti diabetes, stres, dan lainnya, namun faktor risiko stroke yang paling tinggi adalah tekanan darah tinggi (hipertensi).

“Ketika kita berbicara tentang stroke, faktor utamanya adalah hipertensi, khususnya di Indonesia. Banyak faktor risiko lainnya seperti diabetes dan stres. Tetapi hipertensi adalah faktor utama yang risikonya paling tinggi,” jelas Dr Yuda dalam acara Omron Stroke Risk Calculator Media Briefing di Jakarta, Selasa (24/10/2023).

Baca juga: Stres Picu Risiko Hipertensi, Serangan Jantung, dan Stroke, Benarkah?

Tak hanya itu, disebutkan bahwa orang-orang Asia memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke dibandingkan ras lain.

Menurut WHO, satu dari empat orang dewasa di Asia Tenggara memiliki tekanan darah tinggi. Meskipun demikian, hanya satu dari tiga orang yang menjalani pengobatan, dan hanya satu dari sepuluh orang yang kondisinya terkendali.

Peryataan tersebut didukung oleh sebuah studi dari The Journal of Clinical Hypertension yang dipublikasikan pada tahun 2020, menyebutkan bahwa karakteristik Asia yang berbeda dengan Barat menyebabkan risiko stroke lebih tinggi.

Dari studi tersebut ditemukan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko yang paling umum ditemukan di Asia -- seperti yang telah disebutkan.

Solusi pencegahan stroke

Tentu salah satu solusi yang kerap dibagikan oleh para ahli medis maupun stroke survivor adalah mulai menjalani pola hidup sehat, yang terbukti mengurangi risiko penyakit stroke dan penyakit-penyakit lain.

Stroke sering terjadi secara tiba-tiba dengan kondisi yang parah, seperti kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan, kelumpuhan atau kelemahan pada satu sisi tubuh, dan kehilangan koordinasi.

"Perawatan medis yang cepat dapat meminimalkan kerusakan otak dan meningkatkan peluang pemulihan. Setidaknya sepuluh faktor risiko yang dapat diobati, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), detak jantung yang tidak teratur (fibrilasi atrium), merokok, diet, dan olahraga, dapat mencegah hingga 90% stroke,"ujar Dr. Yuda.

"Namun yang tidak kalah penting adalah pencegahan dengan memeriksa tekanan darah secara rutin di rumah," lanjutnya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com