Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/11/2023, 14:27 WIB
Wisnubrata

Editor

Perfume is a story in odor, sometimes poetry in memory - Parfum adalah kisah dalam aroma, terkadang menjadi puisi dalam kenangan."

KOMPAS.com - Kenangan terhadap peristiwa, tempat, dan aroma di sekitarnya kerap begitu melekat dalam diri kita. Banyak di antara kita yang masih teringat aroma bumbu-bumbu saat ibu memasak, aroma tanah basah setelah hujan, aroma rumput segar yang habis dipotong, atau wangi bunga di taman pada pagi hari.

Aroma memang lebih terikat erat dengan kenangan dan emosi kita dibandingkan indera lainnya. Nah, kenangan terhadap aroma dalam momen-momen tertentu kehidupan itulah yang menjadi inspirasi Chris Kerrigan untuk menciptakan wewangian Oaken Lab.

Oaken Lab yang diluncurkan pada tahun 2018 di “laboratorium” rumah pasangan Cynthia Wirjono dan Chris Kerrigan adalah artisan perfumery brand yang fokus pada pengembangan produk scents, grooming, dan body care.

Pasangan ini fokus mengeksplorasi sensori wewangian berdasarkan pengalaman personal dan juga pengalaman traveling mereka, untuk menghadirkan wewangian dengan aroma unik yang tidak ditemukan dalam kebanyakan brand lain.

Hal ini tidak lepas dari pencarian Chris terhadap aroma dan atmosfer berdasar kenangan yang pernah dia alami. Bagi Chris, wewangian tidak hanya memanjakan indera penciuman, melainkan menjadi medium ekspresi atas kepribadian, sekaligus penggugah kenangan yang dapat mempengaruhi suasana hati pemakainya.

Eau de parfum Batavia Barber misalnya, merupakan kenangan Chris terhadap tempat potong rambut di Jakarta.

"Ada aroma aftershave klasik yang dibubuhkan di dagu, aroma kulit tempat duduk, lalu wangi handuk bersih yang dipakai mengeringkan, ada juga aroma tembakau dari orang yang sedang merokok di pojokan," ujar Chris saat menerangkan wangi parfum Oaken Lab di Jakarta, Jumat (10/11/2023).

Sementara produk lainnya, Plein Air terinspirasi kenangan masa kecil Chris saat melihat lukisan Claude Monet yang menggambarkan gulungan jerami di akhir musim panas, atau Far Afield yang mengingatkannya pada suasana camping di alam terbuka.

"Semua parfum Oaken Lab lahir dari kenangan perjalanan kami. Saat kami berada di Jawa Tengah dan mencium aroma rokok kretek, saya punya gagasan membuat parfum Earth od Mankind yang memiliki aroma cengkeh dan tembakau."

"Lalu saat pandemi, di mana kita semua terkurung, dalam perenungan saya membuat Sanctum yang memberi aroma kedamaian dan sakral," papar Chris.

pasangan Cynthia Wirjono dan Chris Kerrigan, pemilik Oaken Lab pasangan Cynthia Wirjono dan Chris Kerrigan, pemilik Oaken Lab

Saat kita menciumnya, aroma-aroma ini dapat memberikan kedamaian, semangat, rasa percaya diri, bahkan bisa menghadirkan kebahagiaan.

Bahan dari Indonesia

Salah satu yang membuat wewangian Oaken Lab istimewa adalah kandungan bahan-bahan berkualitas, termasuk yang berasal dari Indonesia.

Chris Kerrigan sendiri melakukan riset dalam mencari sumber untuk ekstrak bahan alami yang digunakannya dalam meracik wewangian. Beberapa di antaranya adalah saripati mawar dan kulit massoia.

"Saya juga menggunakan banyak patchouli atau nilam dari Indonesia dan vetiver atau akar wangi dari Jawa. Bahan-bahan dari Indonesia ini sangat populer di kalangan pembuat parfum karena kualitas dan aromanya yang istimewa," ujar Chris.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com