Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Paksa Bayi Makan MPASI hingga Kenyang, Ini Sebabnya

Kompas.com - 25/01/2024, 18:34 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Selama memberikan makanan pendamping ASI (MPASI), tak sedikit orangtua yang mengalami anaknya melakukan GTM alias gerakan tutup mulut.

Kendati demikian, jika si kecil GTM, orangtua diminta untuk tidak memaksa anak menghabiskan makanannya.

Sebab, bisa saja makanan tersebut memang tidak sesuai keinginan dan kebutuhan fisiologis anak.

"Orangtua jangan cenderung memaksakan si bayi untuk menghabiskan makanannya. Karena bisa jadi memaksakan tidak sesuai keinginan dan kebutuhannya, itu sama saja mengabaikan naluri alaminya untuk makan atau berhenti makan," ucap Duta Gizi Indonesia dr Reise Broto Asmoro dalam talkshow kesehatan Kementerian Kesehatan secara virtual, Selasa (23/1/2024), seperti dikutip dari Tribunnews.

Baca juga: 11 Perlengkapan Bayi Baru Lahir yang Perlu Disiapkan 

Lebih jauh, dilansir dari Child Feeding Guide, memaksa bayi untuk makan juga berpotensi menimbulkan konsekuensi lainnya.

Termasuk salah satunya menyebabkan anak tidak menyukai makanan tersebut lantaran meninggalkan pengalaman buruk baginya. Apalagi, anak-anak sangat mudah mengasosiasikan makanan dan pengalaman tidak menyenangkan yang menyertainya.

Jika anak dipaksa makan lebih banyak, maka emosi negatif dan perasaan tidak nyaman akan rasa kenyang akan diasosiasikan dengan makanan tertentu.

Semakin sering dilakukan, maka akan semakin banyak jenis makanan yang diasosiasikan dengan pengalaman tidak meyenangkan tersebut sehingga dapat berujung pada perilaku picky eater atau pemilih makanan.

Baca juga: 10 Ide Kado untuk Bayi Baru Lahir Perempuan

Selain itu, memaksa anak makan juga bisa menyebabkan kelebihan makan atau kelebihan berat badan.

Padahal, anak juga harus dikenalkan dengan kemampuan untuk mengenali rasa lapar dan kenyang. Hal ini termasuk salah satu cara bagi mereka memahami sinyal-sinyal tubuh yang memengaruhi energinya.

"Sama saja mengabaikan naluri alaminya untuk makan atau berhenti makan," ucap Raisa. 

Ia menekankan, penting bagi orangtua untuk menerapkan responsive feeding saat memberikan MPASI, yakni memahami faktor kapan, di mana bagaimana, dan oleh siapa.

Tanda anak lapar dan kenyang

Memahami tanda anak lapar dan kenyang mungkin cukup sulit ketika usia anak masih sangat kecil.

Namun, ada beberapa tanda anak lapar yang menurut Reisa sebetulnya mudah dikenali.

Umumnya, anak yang merasa lapar akan merengek, berkeringat, atau mudah menangis. Tanda lainnya bisa juga anak memasukkan jari-jari tangannya ke dalam mulut.

Baca juga: 4 Manfaat Membacakan Buku untuk Bayi, Cukup 10 Menit Per Hari

Sementara jika kenyang, anak biasanya akan menghindari saat disodorkan makanan.

"Bisa bergeser atau menjauhi makanan, menggelengkan kepala, atau mendorong piringnya. Itu pertanda dia sudah kenyang," ucapnya.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com