Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/06/2010, 12:02 WIB

Bayi bisa kena tifus? Anda pasti akan geleng-geleng kepala, bukankah penyakit ini lebih sering dialami anak atau dewasa yang sudah mengonsumsi jajanan dari luar yang tidak terjamin kebersihannya?

Pendapat itu tidaklah keliru. Meski begitu, bukan berarti bayi bebas dari serangannya. Tifus merupakan penyakit infeksi yang selalu ada di masyarakat (endemik) mulai dari bayi hingga dewasa. Penyebabnya adalah kuman Salmonella typhi. Kuman ini memang gampang menyebar, apalagi di tanah air yang kondisi sanitasinya buruk.

Penularan tifus umumnya terjadi lewat makanan yang kurang bersih. Pada bayi ASI, ketika usianya 6 bulan ke atas, karena sudah mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI), bila kebersihannya saat pengolahan, penyajian, maupun pemberian kurang diperhatikan, maka si kecil beresiko terserang tifus.

Selain dari makanan yang tercemar, penularan tifus ke bayi juga bisa terjadi lewat orang dewasa sehat yang membawa kuman tifus (healthy carrier). Pembawa kuman tifus ini umumnya pernah sakit tifus tetapi tidak menjalani pengobatan dengan tuntas.

Gejala bervariasi Berbeda dari orang dewasa, tifus pada bayi sulit terdeteksi. Walhasil, penegakan diagnosis tifus pun tidaklah mudah. Umumnya bayi hanya menangis atau rewel bila mengalami ketidaknyamanan.

Tak mudah menentukan gejala secara spesifik, apalagi kalau demamnya hanya 1-2 hari. Hanya saja, ibu perlu mencurigai serangan tifus bila : - Bayi mengalami demam yang turun naik dalam waktu lama (lebih dari 5 hari) dengan pola demam naik turun, naik di sore atau malam hari, lalu biasanya menurun di pagi hingga siang hari.

- Mengalami gangguan buang air besar, bisa berupa diare atau bahkan sulit BAB. Ini terjadi lantaran kuman yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan sehingga terjadi diaere.

- Mengalami "lidah kotor" atau lidah tampak memutih dengan ujung dan tepi kemerahan.

- Mengalami mual dan muntah. Penyebabnya, si kuman berkembang biak di hati dan limpa, akibatnya terjadi pembengkakan yang menekan lambung dan timbullah rasa mual.

Selain melihat gejala, untuk menegakkan diagnosis tifus yang akurat, dokter boleh jadi akan melakukan berabgai pemeriksaan. Salah satunya tes widal. Tes ini juga bisa mendeteksi penyakit paratifus, sebuah penyakit dengan gejala mirip tifus tetapi lebih ringan.

Pengobatan Pengobatan tifus pada bayi tidak jauh berbeda dari pengobatan pada anak atau orang dewasa. Pengobatan dilakukan untuk meniadakan invasi kuman dan mempercepat pembasmian kuman, memperpendek perjalanan penyakit, serta mempercepat penyembuhan.

Dokter pun memilih antibiotik yang tap untuk bayi. Selain itu, bayi juga dianjurkan makan dan minum dengan kandungan nutrisi dan porsi yang cukup. Masak hingga bahan makanan lunak. Pilih bahan yang tidak menimbulkan banyak gas. (Nakita/Hilman) Narasumber: Dr.Patria Vittarina, Sp.A dari RSIA Muhammadiyah Taman Puring, Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com