Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Bilang Durian Ada Musimnya?

Kompas.com - 01/07/2010, 11:06 WIB

KOMPAS.com - "Sekarang lagi musim durian, enggak?" begitu kata Anda, yang sedang ngidam durian.

Pernyataan "musim durian" itu mungkin perlu direvisi sekarang. Sebab, durian tidak hanya tumbuh atau dipanen pada bulan-bulan tertentu. Buah beraroma tajam ini ternyata berbuah sepanjang tahun, tergantung daerah asalnya. Belum lagi durian impor pun kini menyerbu Indonesia. Hanya, memang, jumlah panenannya mungkin tak sebanyak di bulan-bulan tertentu.

Bulan Januari adalah masanya durian lokal merajalela. Durian itu datang dari Medan, Palembang, Jepara, Purworejo, Pekalongan, dan Wonosobo. Februari, pasokan durian lokal mulai berkurang, bahkan kosong hingga September. Oktober, durian lokal muncul lagi dan panen besar hingga Desember.

Nah, durian impor bakal membanjiri pasar Indonesia mulai Maret hingga September. Selain Monthong, ada pula durian Canee, Kanyao, Kradum, Nokyb, dan Komane. Memasuki bulan Oktober, suplai durian impor akan terhenti. Sedangkan monthong lokal (yang ditanam di sini) akan mulai muncul Januari dan Februari.

Mudah bukan, menemukan durian? Jika durian lokal baru dipanen, Anda bisa menikmatinya di lapak-lapak pinggir jalan, atau di perkebunan durian. Durian lokal lenyap, Anda tinggal menyambangi toko-toko durian modern yang buka sepanjang tahun dan banyak menawarkan durian impor.

Durian lokal atau impor ini punya penggemar fanatiknya sendiri. Menurut Marina, pemilik Cafe Raja Durian di kawasan Sunter, Jakarta Utara, durian asal Thailand banyak dicari pelanggan. Durian monthong amat disukai karena bijinya kecil, dan daging buahnya tebal dan berwarna kuning, sehingga meningkatkan selera. Varian monthong terutama disukai konsumen yang gemar rasa manis, sedikit pahit, dan berserat.

Jenis Kanyao digemari karena rasanya pulen, lengket, manis, dan tidak berserat. Durian Canee, daging buahnya berwarna kuning, lengket, dan pulen.  "Kanyao sebenarnya bisa disebut durian terbaik, rasanya manis dengan tekstur serat lebih halus. Tetapi suplainya tidak sebanyak monthong," jelas Rifno, pengelola resto durian di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Bagaimana dengan durian lokal?

Menurut Rifno, di resto duriannya, durian lokal hanya disukai sebagian kecil pelanggan. Namun mereka (umumnya laki-laki) terbilang fanatik. Berapa pun banderolnya pasti dibeli. Padahal durian lokal berkualitas bisa dihargai Rp 30.000/kg.

Soal pilihan cita rasa durian (bahasa kerennya Durio zibethinus), setiap lidah punya selera berbeda. Bagi penggemar berat durian lokal, seperti Zainal Abidin, di Bintaro, Tangerang, durian medan berada di ranking pertama. Mengecap rasa legit dengan sedikit rasa manis dari daging durian lokal menjadi pengalaman tak pernah membosankan. Apalagi, menurutnya, setiap durian lokal itu memiliki rasa berbeda. Karenanya ia tak pernah bisa berhenti mencicipi aneka durian dari pelbagai daerah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com