Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinda Nawangwulan: Berani dan "Pink"

Kompas.com - 06/06/2011, 08:05 WIB

KOMPAS.com - Dinda Nawangwulan (35) telah melalui drama kehidupan yang ”lengkap”. Baginya, drama adalah warna hidup, yang bisa dipandang seelok warna-warni riasan wajah.

Dinda adalah seorang survivor kanker payudara. Dia pertama kali terdiagnosa lima tahun lalu. Berdasarkan rekomendasi dokter yang menanganinya kala itu, Dinda memutuskan menyetujui operasi pengangkatan sekaligus rekonstruksi payudara, serta serangkaian pengobatan kemoterapi.

”Waktu akan kemoterapi, saya takut sekali. Di rumah sakit tambah stres melihat orang-orang yang juga mau kemo, yang semuanya tampak pucat seperti mayat. Waktu itu saya bilang ke Mbak Ani (kakak Dinda-red), saya enggak mau kelihatan seperti mereka,” cerita Dinda, anak ke-12 dari 13 bersaudara.

Sang kakak, Kun Ariani Handanawati (56), lalu mengatakan bahwa Dinda tak perlu kelihatan menyedihkan seperti pasien lain. ”Mbak lalu bilang, saya harus tetap dandan seperti biasa, dan tak perlu terlihat sakit,” tambah Dinda.

Sejak itu, meski harus menjalani kemoterapi yang berat, Dinda tetap merias wajahnya ceria dan berpenampilan funky, bahkan di saat seluruh rambutnya rontok akibat kemoterapi. Dengan kepercayaan diri, Dinda tak ragu keluyuran di mal dengan kepala botak dalam dandanan funky. Akibatnya, orang yang melihatnya kerap mengira bahwa kebotakannya adalah bagian dari gaya berpenampilan.

Di rumah sakit pun Dinda kerap menyemangati sesama perempuan penderita kanker untuk tetap optimistis dengan berdandan, yakni membubuhkan make-up di wajah dan berpenampilan apik. Sang dokter pun menyemangatinya untuk melakukan apa pun yang digemarinya. Dari situ Dinda tebersit untuk keluar dari tempatnya bekerja dan kursus merias wajah. Ya, merias wajah—baik dirinya maupun orang lain—adalah hobi lama Dinda. Dari situlah, meski masih dalam kondisi sakit, Dinda lalu merintis bisnisnya sebagai make-up artist, Shimmer Inc. Bekerja sama dengan fotografer Adi Siagian, Shimmer Inc juga menawarkan fotografi berkonsep.

Selama mengobrol pun, Dinda senantiasa tertawa ceria sembari berkali-kali menggoda sahabatnya, Miranti Andreadi. Rabu (1/6/2011) malam lalu, Dinda baru usai rapat dengan rekan-rekan kerjanya di f(X) Lifestyle X’nter, Senayan, Jakarta.

”Be Brave Be Pink”
Keceriaan dan optimisme Dinda itu pulalah yang mengantarkan (alm) Alexander A Abimanyu mengenal dan jatuh hati padanya di tahun 2006. Sejak kemo pertama, Dinda mulai berpacaran dengan Alex. Pada 8 Januari 2008 mereka menikah, saat Dinda masih menjalani pengobatan lanjutan. Hanya saja, di saat Dinda telah dinyatakan sembuh, tahun 2010, Alex tiba-tiba pergi mendahuluinya karena serangan jantung.

”Almarhum suami memperlakukan saya tidak seperti orang sakit. Saya didukung untuk tetap bekerja, beraktivitas, sehingga saya pun menganggap diri enggak apa-apa,” imbuhnya.

Bersama mendiang suaminya itu pula, Dinda menggagas berdirinya Pink Shimmerinc, sebuah komunitas dan pusat advokasi bagi para penderita kanker payudara untuk saling berbagi dan menebarkan optimisme. Be brave, be pink, for Indonesia, demikian tajuk yang diangkat Pink Shimmerinc.

Dinda menggandeng lima sahabatnya yang selama ini senantiasa mendukungnya: Miranti Andreadi, Lolo Sianipar, Veni Hendarsih, Maradona Antonia, dan Adi Siagian. Mereka mengajak para pengidap kanker untuk saling berbagi. Bukan di rumah sakit, namun di mal-mal sembari ngopi.

Selepas kepergian Alex, Dinda tetap melanjutkan misi Pink Shimmerinc bersama kelima temannya itu. Bekerja sama dengan beberapa yayasan kanker, mereka mengampanyekan breast cancer awareness dalam berbagai acara amal. Melalui acara itu, Dinda menebar keceriaannya, menyemangati para perempuan pengidap kanker untuk tetap ceria dan berdandan.

”Pengidap kanker kerap merasa amat terpuruk, merasa penampilannya jadi buruk, tersisih. Oleh karena itu, penting sekali menyemangati mereka,” katanya.

Dalam salah satu acara amal pada Oktober 2010, misalnya, Dinda merias 12 pengidap dan survivor kanker payudara. Mereka kemudian difoto oleh Adi Siagian dan hasil foto itu kemudian dipamerkan di pusat perbelanjaan Grand Indonesia, Jakarta. Foto-foto itu lalu dilelang sebagai bagian dari kegiatan amal.

”Hasil lelang mungkin masih belum seberapa dibanding mahalnya pengobatan kanker. Namun, melalui acara itu setidaknya ke-12 perempuan tersebut merasa terdukung secara mental. Mereka bilang, ternyata senang sekali setelah didandani dan difoto dalam ekspresi yang ceria,” tutur Dinda.

Ya, di tangan Dinda, make-up telah melampaui sekadar kosmetik.

(Sarie Febriane)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com