Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Pesona Hermes Begitu Menggoda

Kompas.com - 29/11/2011, 19:05 WIB

KOMPAS.com - Fitria Yusuf dan Alexandra Dewi, dua perempuan pengusaha yang juga adalah penulis ini kembali berkolaborasi mencipta karya, sebuah buku berjudul Hermes Temptation. Ini kali kedua perempuan yang akrab disapa Fifi dan Dewi ini merilis buku bersama. Pada 2009 lalu, mereka sukses meluncurkan buku "Little Pink Book: Jakarta Style & Shopping Guide".

Belanja dan selera perempuan dalam bergaya rupanya menarik perhatian kedua perempuan ini. Jika sebelumnya, keduanya merasa perlu menuliskan panduan berbelanja dan bergaya di Jakarta, kini Fifi dan Dewi merasa penting berbagi mengenai fenomena tas Hermes bagi perempuan urban modern di kota besar.

Tas impor merek Hermes dengan berbagai jenis menjadi primadona di Indonesia, untuk kalangan khusus tentunya. Tak sulit menjumpai koleksi tas Kelly dan Birkin keluaran Hermes misalnya, di mal ternama di Jakarta. Bagi sejumlah perempuan, Hermes memiliki pesona yang membuat mereka tergoda untuk membelinya, langsung atau melalui broker.

Pengalaman jual-beli tas Hermes, dan seperti apa kebiasaan perempuan di Indonesia, khususnya di Jakarta dalam memperlakukan tas eksklusif ini, digambarkan dengan bahasa yang ringan melalui buku Hermes Temptation oleh Fifi dan Dewi. Keduanya pun punya profesi baru sejak setahun lalu, sebagai broker untuk memenuhi "mimpi" kaum hawa menjinjing tas berlabel Hermes.

"Awalnya saya diwariskan tas Hermes dari saudara ipar. Saya mendapatkannya gratis, dan ketika saya coba pakai dengan jeans dan kaos, kok tas ini terlihat bagus. Sejak itu saya mulai menggemari Hermes, dan bahkan sempat terobsesi olehnya selama 1,5 tahun," kata Dewi seusai jumpa pers di restoran Pesto Autentico, Jakarta, Selasa (29/11/2011).

Dalam bagian awal bukunya, Dewi menuliskan, tas Hermes pertama yang dimilikinya merupakan pemberian saudara iparnya di luar negeri yang tak menyukai model tas jinjing keluaran Hermes ini. Pemberian yang dinilai sebagai keberuntungan bagi Dewi. Pasalnya, di Indonesia "demam" Hermes kian menjadi. Banyak perempuan yang rela menghabiskan tabungan untuk memiliki setidaknya satu saja koleksi Hermes.

"Bahkan ada yang memiliki Hermes, namun tak punya mobil, dan mengandalkan taksi kemana pun ia pergi," kata Dewi, menambahkan harga sebuah tas Hermes bisa mencapai Rp 500 juta, meski ada juga koleksi yang lebih murah mulai Rp 19 juta.

Baik Dewi dan Fifi, keduanya penggemar Hermes. Fifi mengaku membeli Hermes Birkin ukuran 35 untuk kali pertama di Singapura sekitar tahun 2000. Hingga saat ini Fifi mengoleksi empat tas Hermes.

Lantaran suka dengan modelnya, ditambah lagi Hermes memang memiliki tempat khusus di hati perempuan usia 25-55 tahun di Indonesia, keduanya pun melihat celah bisnis darinya.

Maklum, berbisnis bukan pengalaman pertama bagi keduanya. Fifi sendiri adalah Komisaris sebuah perusahaan penyewaan alat berat untuk industri pertambangan, dan memiliki sejumlah toko online yang menjual ragam aksesori. Sementara Dewi, selain produktif menulis lima buku sebelumnya, ia juga co-owner restoran Italia Pesti Autentico yang berlokasi di pusat bisnis Jakarta.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com