Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yang Perlu Kamu Tahu Soal Menyantap Terong dan Tauge Mentah

Kompas.com, 23 Januari 2018, 09:50 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam tradisi kuliner Indonesia, terong dan tauge lumrah disantap mentah-mentah. 
 
Terong biasanya menjadi pangan favorit untuk lalapan, sedangkan tauge biasa ditaburkan di semangkuk soto yang lezat. Bahkan, ada juga yang mengklaim tauge mentah dapat meningkatkan kesuburan.
 
Namun, di balik tradisi dan manfaat, dua sayuran itu disebut memiliki risiko sendiri bila disantap mentah-mentah.
 
Untuk mengetahui lebih jauh, Kompas Lifestyle meminta ahli gizi dari Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB) Profesor Ahmad Sulaeman untuk mengelaborasi dua sayuran tersebut.
 
1. Tauge
 
Tak ada jawaban hitam dan putih atas pernyataan bahwa tauge mentah mengandung bakteri berbahaya seperti E. coli, Salmonella, dan Listeria. 
 
Sebab, kata Ahmad, semuanya tergantung kepada kualitas sanitasi dan kualitas air yang digunakan. 
 
"Air yang tidak saniter bisa mengandung bakteri-bakteri tersebut karena tercemar oleh kotoran manusia, hewan termasuk tikus, cicak, kecoa, burung dan sebagainya," ungkap Ahmad kepada Kompas Lifestyle, Jakarta, Selasa (23/1/2018).
 
Bakteri-bakteri tersebut juga bisa berasal dari peralatan yang digunakan seperti keranjang bambu yang jarang dibersihkan, seera dari kondisi kebersihan personal orang yang menangani pembuatan tauge. 
 
Oleh karena itu, untuk menghasilkan tauge yang bebas dari Salmonella, E. coli dan Listeria--pertama sayur itu harus dicuci bersih. Kemudian dalam perendaman atau pengecambahan, air yang digunakan harus memenuhi  standar baku air minum.
 
"Selain itu harus menggunakan peralatan yang sudah disanitasi serta dikerjakan oleh pekerja yang telah menerapkan kebersihan personil yang baik," ujar Ahmad.
 
Bila tak menerapkan tahapan dan standard penanaman serta pengolahan, risiko tauge mengandung bakteri berbahaya sangat besar. Jika demikian, mengonsumsi tauge mentah adalah sebuah kesalahan yang menyebabkan penyakit infeksi terutama gastroenteritis seperti salmonellosis, demam tipes dan sebagainya.
 
Namun, kata Ahmad, bila proses pengecambahan mengikuti prosedur operasi standar yang menjamin tidak tercemar oleh bakteri bakteri tersebut, maka tidak perlu khawatir walau dimakan mentah. 
 
"Bahkan mungkin lebih baik dimakan mentah untuk mendapatkan manfaat dari kecambah tersebut," katanya.
 
Dia pun menyarankan agar produsen kecambah melakukan sampling dan membawa ke laboratorium untuk memeriksa ada atau tidak ya keberadaan bakteri-bakteri tersebut, sehingga bisa menjamin produknya bebas bakteri patogen. 
 
Ahmad mencontohkan, produsen tauge di luar negeri diwajibkan menerapkan sistem jaminan keamanan pangan HACCP atau Hazard Analysis Critical Control Point atau analisis bahaya pada titik-titik kritis.
 
 
ilustrasi terongalexannabuts ilustrasi terong
2. Terong
 
Lalapan terong yang disantap dengan sambal pasti terasa nikmat. Namun, terong mentah disebut-sebut mengandung senyawa solanin yang berbahaya, benarkah?
 
Ahmad tak menampik bahwa sebagai tanaman dari genus solanum, terong memang mengandung senyawa toksikan alami yang disebut solanin yaitu senyawa glikoalkaloid. 
 
Solanin ini dibentuk sebagai bagian dari mekanisme perlindungan terong terhadap serangan hama.
 
Kandungan solanin pada terong sangat rendah yaitu sekitar 0.11 mg per 1 gram atau 11 mg per 100 gram--tergantung jenis dan varietas terong. 
 
Bahkan, katanya, kandungan solanin pada terong lebih rendah dibandingkan  dengan  kentang yang warna kulitnya sudah menghijau disebabkan terekspose sinar matahari. 
 
Adapun dosis yang bisa menyebabkan keracunan solanin sekitar 2 sampai 5 mg per kg berat badan. Atau untuk orang dewasa berat 60 kg harus mengkonsumsi 120 - 300 mg solanin baru bisa keracunan. Sedangkan kandungan solanin pada terong mentah sekitar 0.11 mg per gram terong. 
 
Artinya untuk bisa menyebabkan keracunan, orang harus mengonsumsi lebih dari 1 kg terong.  
 
"Jadi sebenarnya untuk terong masih aman-aman saja kalau kita menngonsunsinya sebagai lalapan mentah," katanya.
 
Namun, menurut Ahmad, pengupasan dan pemasakan--baik perebusan maupun penggorengan--dapat mengurangi kandungan solanin pada terong.
 
Oleh karena itu, dia menyarankan, untuk lebih aman, sebaiknya terong direbus lebih dahulu.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau