Kesenian ini berasal dari China yang bermula saat bangsa Tiongkok menemukan teknik pembuatan kertas pada penghujung abad I Masehi.
Cetak tinggi merupakan salah satu teknik cetak dalam seni grafis yang tertua.
Teknik ini biasanya menggunakan batu atau kayu yang diukir sebagai acuan cetak. Lalu, tinta dilabur di atas acuan cetak untuk memindahkan bentuk yang diukir di atas batu atau kayu tersebut.
Teknik cetak ini lebih banyak menggunakan acuan cetak berupa kayu. Oleh karena itu, teknik ini juga disebut teknik cukilan kayu.
Seiring dengan perkembangan teknolgi pembuatan kertas pada tahun 1400an di Eropa, teknik ini menjadi teknik cetak yang sangat populer dan menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.
Dalam karya-karyanya, Muhlis lebih banyak menggunakan teknik cukil kayu karena teknik ini merupakan teknik yang paling sederhana.
"Waktu kuliah saya disarankan untuk mencoba beberapa teknik yang lain. Akhirnya saya mencoba teknik cukil kayu yang sangat sederhana."
"Saya mengembangkan teknik ini karena saran dosen saat mengambil gelar magister dulu," tambah dia.
Konsep dalam karya-karya Muhlis tak luput dari latar belakangnya sebagai orang Makasar.
Dalam budaya Bugis Makasar, dikenal adanya istilah siri' yang merupakan pembeda seorang manusia dnegan binatang.
"Munculnya berbagai konsep siri' di masyarakat menginspirasi saya dalam menciptakan karya seni untuk melakukan kritik sosial," kata pria yang dilahirkan di Ulo, Sulawesi Selatan ini.
Lewat karya seni grafisnya, ia berharap dapat menumbuhkan kembali budaya masyarakat tentang betapa pentingnya menamankan nila siri' ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.