Aldila Sutjiadi dan Christopher Benjamin Rungkat merupakan pasangan ganda campuran dari cabang olahraga tenis.
Pada Asian Games 2018, pasangan ini menyumbangkan medali emas ke-10 untuk Indonesia.
Siapa sangka, Aldila/Christopher baru dipasangkan dua minggu sebelum Asian Games dimula.
Aldila/Christopher memanfaatkan waktu sebaik mungkin, fokus untuk memberikan yang terbaik.
Saat berbincang di program Mata Najwa, Dila, sapaan Aldila, mengisahkan, ia mendapatkan beasiswa selama empat tahun di University of Kentucky, Amerika Serikat, dan lulus dengan predikat cum laude.
Setelah lulus, ia dihadapkan pada dua pilihan: melanjutkan tinggal di Negeri Paman Sam atau kembali ke Tanah Air dan membela timnas Indonesia.
Pilihannya, kembali ke Tanah Air.
Demikian pula dengan Christopher, yang sejak kecil bertekad menjadi pemain tenis profesional.
Saat menginjak usia 18 tahun, ia yakin dan memutuskan meniti jalan menuju mimpinya. Christopher sempat cedera 10 bulan. Perjuangannya pun harus dimulai dari nol.
Keyakinan dan kerja keras tak akan sia-sia. Aldila dan Christopher membuktikannya.
Selanjutnya, Dila akan kembali ke turnamen individual, dengan target tembus top 500. Sementara Christopher akan fokus menembus ranking 80 dunia, dan mengikuti Australia Open pada 2019.
Pada final Asian Games 2018, pasangan ini berhadapan dengan seniornya Marcus Gideon/Kevin Sanjaya. Meski harus takluk dan puas dengan medali perak, penampilan keduanya layak diapresiasi.
Rian/Fajar mampu memberikan perlawanan sengit. Perjalanan keduanya juga tak mudah, sejak usia belasan tahun harus tinggal jauh dari keluarga dan tinggal di asrama.
Ia mulai menggeluti angkat besi sejak sekolah dasar. Eko juga melalui jalan yang tak mudah, berjuang dari bawah.
Lahir dari keluarga sederhana, ayah Eko seorang pengayuh sepeda yang terkadang juga menjadi tukang bangunan. Sedangkan ibunya seorang pedagang sayuran.
Keterbatasan ekonomi menjadi pelecut semangatnya. Ia bertekad untuk keluar dari keadaan tersebut dan membantu keluarganya.
Ia tak pernah terpikir menjadi seorang atlet. Namun, sejak sekolah dasar ia memang sudah berlatih di tempat latihan sekitar rumahnya.
Belum satu tahun latihan, pada 2001 ia meraih gelar juara nasional. Hal ini menjadi motivasi Eko untuk terus berlatih dan mendapatkan juara di olimpiade.