Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Fast Fashion", Tren Mode yang Lestarikan Sifat Konsumtif?

Kompas.com - 15/03/2019, 16:09 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Para pekerja tersebut hanya dibayar 3,37 pondsterling atau Rp 63.000 per hari.

Mereka dipaksa untuk bekerja keras dari pagi hingga malam di dalam pabrik bersuhu lebih dari 40 derajat.

Ada banyak kisah suram seperti ini dalam industri fesyen.

Namun, Sumner mengatakan, potret suram dari pekerja industri fesyen yang dibayar murah ini harus diberitakan media sesuai konteks budaya.

Meski tidak sesuai moral, kata Sumner, semua ini adalah hal yang legal.

Secara mengejutkan, kisah suram fast fashion pun terjadi di negara maju seperti Inggris.

Produk pakaian buatan Inggris juga mengalami peningkatan berkat fast fashion.

Namun, semua itu terjadi berkat pengorbanan pekerja garmen di "pabrik gelap" di Leicester yang dibayar 3,5 pondsterling atau Rp 66.000 per jam, di bawah upah minimum setempat yang 7,83 pondsterling atau Rp 147.000.

Transparansi harga produk fast fashion

Ini sulit diprediksi karena merek dan pengecer menjaga informasi ini dengan cermat.

Namun, label Private White VC, yang secara terbuka menyatakan kenaikan harga 2-3 kali lipat, menyebut kenaikan ini lebih kecil daripada label mewah yang mencapai 5-7 kali.

Baca juga: Banyak Label Fesyen yang Tak Lagi Pakai Bahan Bulu Binatang

Selain itu, biaya marjinal sangat bervariasi dari produk ke produk.

Namun secara umum, volume tinggi akan membuat biaya marjinal lebih rendah pada setiap produk, sedangkan volume rendah akan membuat biaya marjinal lebih tinggi.

"Dari percakapan dengan berbagai merek, saya menyimpulkan bahwa fast fashion menghasilkan biaya marjinal lebih sedikit per garmen daripada merek-merek kelas atas atau mewah, di mana biaya marjinal bisa fantastis," kata Sumner.

Dalam beberapa kasus, produk yang tidak menghasilkan biaya marjinal sama sekali akan memicu kerugian.

Ini biasanya dibuat untuk menguji sesuatu atau untuk memikat pelanggan dengan harapan mereka juga akan membeli produk lain yang lebih menguntungkan.

Ini taktik umum di bidang lain ritel, khususnya supermarket.

Label Boohoo menyamakan produk semacam ini dengan makanan yang “basi” jika terlalu lama disimpan.

Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah berapa lama fast fashion akan bertahan?

Dengan meminimalisasi biaya bahan dan tenaga kerja, kita akan berpikir bahwa masa pakai produk fast fashion akan sesingkat produksinya.

Namun, bukti yang diajukan Sumner kepada Komite Audit Lingkungan membuktikan, jins yang terjangkau dari merek fast fashion bisa dua kali lebih tahan lama, dibandingkan celana buatan desainer yang harganya 10 kali lipat.

“Apa yang kami temukan adalah tidak ada korelasi sama sekali antara harga yang dibayar oleh pelanggan, kualitas dan daya tahan produk,” kata Sumner.

Baca juga: 12 Februari 1947, Christian Dior Membuat Paris Dilirik Jadi Kiblat Fesyen

Ia menunjukkan bahwa kaus dari fast fashion yang dijual online lebih unggul daripada buatan desainer, yang notabene adalah produk berkinerja terburuk di semua tes yang dilakukan.

Ini kembali menunjukan, harga tidak memiliki korelasi dengan kualitas, daya tahan, atau keberlanjutan.

Sumner menyarankan kita untuk memeriksa situs merek dan melihat inisiatif apa yang telah mereka daftarkan - misalnya, rencana aksi pakaian berkelanjutan, perjanjian sukarela untuk mengurangi limbah yang dibuat dalam produksi garmen, dan pada akhir masa pakainya.

"Beberapa merek fast fashion melakukan beberapa hal luar biasa dalam hal keberlanjutan."

"Padahal beberapa merek mewah tampaknya tidak melakukan banyak hal sama sekali," tambah dia.

Fashion Revolution’s Transparency Index telah mengulas dan memberi peringkat 150 merek dan pengecer terbesar berdasarkan seberapa terbuka mereka tentang praktik industri yang dijalankan.

Hasilnya, tidak ada skor yang lebih tinggi dari 60 persen, dan rata-rata yang sangat tidak memadai adalah 21 persen.

Namun, label yang terbilang transparan adalah Adidas, Reebok, Puma, H&M, Esprit, Banana Republic, Gap and Marks & Spencer.

Tidak selalu seperti yang kita lihat, produk fast fashion dibuat lebih baik dan lebih tahan lama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com