Pada dasarnya, penentuan harga didasarkan pada prinsip skala ekonomi.
Bahan kain yang dipakai dalam industri fesyen biasanya mencapai 50-60 persen dari biaya produk.
Selain itu, masih terdapat diskon untuk pembelian dalam jumlah besar, dan beberapa kain lebih murah dari jenis kain yang lain.
"Kain yang lebih murah biasanya lebih ringan karena dibuat dengan proses sederhana dan mungkin, tak memiliki lapisan atau fungsi khusus pada kain tersebut," kata Sumner.
Faktor lain yang memungkinkan merek tertentu dapat menjual pakaian dengan harga lebih murah dari merek lainnya adalah uang yang digunakan untuk pemasaran mungkin lebih sedikit.
Juga, biaya pengiriman dan pengembalian yang lebih hemat dari biaya marjinal.
"Semua pekerja yang terlibat dalam rantai suplai mode -petani kapas, pemintal, penenun dan pekerja garmen- tidak dibayar dengan upah yang adil dan cukup untuk hidup layak," kata de Castro.
Baca juga: Ikon Fesyen Dunia Karl Lagerfeld Meninggal di Usia 85 Tahun
Cara lain untuk dapat menghasilkan produk dengan harga jual rendah tanpa merugi, menurut de Castro, adalah dengan mengambil keuntungan dari harga yang lebih rendah di pasar negara berkembang.
Demi melihat lebih dalam mengenai kejamnya industri fast fashion, ada film dokumenter yang diunggah di YouTube oleh Charity Traid.
Film itu menceritakan kisah pekerja garmen Kamboja yang banting tulang dengan kembali menggunakan dan menjual pakaian demi memperkaya majikannya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.