Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 2 Juli 2019, 17:03 WIB
Nabilla Tashandra,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berbagai cara dilakukan demi mendapatkan berat badan ideal yang sehat, mulai dari mengatur pola makan hingga berolahraga.

Namun, tak jarang berbagai usaha yang dilakukan tak membuahkan hasil. Padahal, cara yang sama berhasil pada orang lain atau bahkan pada orangtua kita sendiri.

Rupanya, ketika bicara soal diet dampaknya akan berbeda pada masing-masing orang. Bahkan, orangtua dan anak pun bisa memiliki kecocokan pola makan yang berbeda.

"Kita semua unik, jadi walaupun perawakan orangtua gemuk atau kurus belum tentu kita sama, variasi genetik juga."

Demikian kata Product specialist Laboratorium klinik Prodia, Siska Darmayanti, S.Si, M. Farm di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Sudah Diet dan Olahraga Tapi Tetap Gemuk, Bisa Jadi karena Faktor Gen

Genetik setiap orang berbeda dan sudah dibawa sejak masa pembuahan. Gen anak merupakan setengah gen ayah dan setengah gen ibu yang kemudian menyatu. Itulah mengapa kerap muncul sifat berbeda pada anak, termasuk reaksi tubuh terhadap sesuatu.

Siska mencontohkan reaksi tubuh seseorang ketika minum kopi.

"Walaupun saudara kandung atau pun kembar bisa saja berbeda," ujarnya.

Itulah mengapa kini di Indonesia mulai berkembang nutrigenomik, atau ilmu yang mempelajari hubungan faktor genetika (DNA) terhadap kesehatan, serta bagaimana tubuh merespons nutrisi dan kebiasaan olahraga.

Sehingga, kita bisa mendapatkan saran pola makan dan pola olahraga yang lebih efektif berdasarkan tes tersebut.

"Nutrigenomik ini adalah gaya hidup lebih baik di masa depan yang difasilitasi dengan melihat genetik," tuturnya.

Baca juga: Awas, Diet Yoyo Bikin Massa Otot Turun dan Massa Lemak Naik

Karena bukan pemeriksaan yang bersifat diagnosa, maka pemeriksaan ini bisa dilakukan dalam kondisi apapun.

Jika diambil ketika individu dalam keadaan sehat, berarti tes dilakukan untuk mendapatkan kondisi kesehatan yang lebih optimal.

Sementara jika diambil dalam kondisi individu sudah mengalami sindrom metabolik, berarti tes dilakukan untuk mendapatkan kesehatan yang lebih baik dengan pencegahan makanan yang buruk dan olahraga yang tepat.

Di Prodia, nutrigenomik memerlukan biaya sekitar Rp 7 juta. Namun, tes ini hanya dilakukan satu kali seumur hidup. Selain itu, nutrigenomik juga bisa dilakukan dalam kondisi apapun dan kapanpun.

"Pemeriksaan DNA atau nutrigenomik hanya dilakukan sekali seumur hidup, jadi tahu base line secara genetik bagaimana dan bisa memeriksakan lebih dari 50 gen untuk 75 variasi genetik," ujar Siska.

Baca juga: Memahami Konsep Diet Rendah Karbohidrat

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau