Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai #Kangenmantan di Twitter, Sesulit Itukah Melupakan Mantan?

Kompas.com - 05/07/2019, 13:05 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial Twitter sedang diramaikan oleh hashtag #kangenmantan hingga menjadi trending topic di kalangan netizen Indonesia.

Netizen beramai-ramai mengunggah perasaan rindunya kepada mantan kekasih yang pernah mewarnai hari-harinya.

"Apa yang lebih pahit dari kopi? Mengingat kenangan bersama "mantan" saat kamu mulai menyesal pernah meninggalkan!#kangenmantan," tulis seorang pengguna Twitter.

Bahkan, salah satu netizen mengaku sangat merindukan mantan kekasihnya, meski telah berkali-kali disakiti.

"Udah tau sering disakitin tapi masih aja suka kangen, dasar aku. #kangenmantan," tulisnya.

Baca juga: 9 Alasan Pentingnya Memblokir Nomor dan Media Sosial Mantan Pacar

Hingga hari Jum'at pukul 10.00 pagi, lebih dari 8.000 netizen mengunggah dengan hashtag #kangen mantan ini.

Lantas, apakah memang sesulit itu melupakan mantan kekasih? Apa saja sih, yang membuat seseorang sulit melupakan sang matan, meski pernah berkali-kali disakiti?

Sebenarnya, hal wajar jika kita merasa sulit melupakan seseorang yang pernah mengisi hari-hari kita.

Meski kita merasa siap untuk berpisah dengannya, pasti ada rasa sedih karena kisah cinta yang kandas ini.

Namun, sebenarnya semua orang berhasil melalui masa-masa sulit itu dengan cara yang berbeda.

Baca juga: 9 Cara Hadapi Kenyataan Si Mantan yang Sudah Move On

Ada yang bisa move-on dengan cepat, ada pula yang butuh waktu lama untuk bangkit dari sakitnya patah hati. Bahkan, beberapa orang merasa sulit mencari tambatan hati yang baru.

Biasanya, hal semacam ini terjadi karena kita terlalu berharap dan percaya jika si dia benar-benar akan menjadi teman hidup yag baik. Padahal, kenyataan berbicara sebaliknya.

Melepaskan orang yang pernah mewarnai hidup kita memang bukan hal mudah. Namun, berhasil keluar dari hubungan yang hanya membawa dampak negatif tentunya akan membuat hati merasa lebih lega, bukan?

Sayangnya, hati dan logika manusia seringkali bertentangan. Pertentangan inilah yang membuat banyak orang seringkali merindukan mantan kekasih, meski pernah menorehkan luka.

Melansir psychologi today, berikut lima hal yag membuat kita sulit melupakan mantan kekasih meskipun berkali-kali disakiti:

1. Berpikir katastropik

Sesuai dengan namanya, kecenderungan menggambarkan masa lalu sebagai hal yang menyakitkan atau malapetaka akan memperburuk rasa sakit dan tekanan emosional yang kita rasakan.

Hal semacam ini biasanya diikuti dengan kebiasaan merenung, rasa tidak berdaya, pesimisme dan sering dikaitkan dengan mereka yang menderita sakit kronis.

Studi menunjukkan pasien sakit yang memiliki kecenderungan berpikir katastropik merasa lebih sakit, depresi dan cenderung merespons pengobatan dengan cara negatif.

Saat sedang putus cinta, kita biasanya dengan mudah membesar-besarkan situasinya. Misalnya, kita berpikir tidak akan pernah bisa mengatasi rasa sakit atau kita tak akan bisa menemukan tambatan hati yang baru.

Padahal, hal semacam ini akan merampas kemampuan kita untuk move on dan membuat kita semakin terpuruk.

Untuk mengatasinya, kangan hanya membayangkan kemungkinan terburuk, pertimbangkan juga kemungkinan realistis.

Baca juga: Ketika Pesan dari Mantan Jadi Terasa Mengganggu...

 

2. Ruminasi

Ruminasi adalah bentuk respons diri terhadap suatu stres yang dilakukan dengan cara memikirkan kejadian yang membuat kita stres secara berulang- ulang, seperti selalu memikirkan mantan atau terobsesi terus-menerus dengan hal kecil tentangnya.

Hal semacam ini hanya akan membawa kita pada pemikiran negatif seperti menyalahkan diri sendiri dan menyesali keadaan.

Pakar kepribadian Robin H-C mengatakan, menghabiskan waktu hanya untuk memikirkan hal yang sudah berlalu hanya akan membuat kita semakin sulit mengontrol diri, selalu mengingat kenangan bersamanya dan membuat hal itu menjadi bagian dari identitas kita.

Hal ini akan membuat kita menutup apa akan realitas sebenarnya yang terjadi. Jika terjadi terus-menerus, kita bisa menutup mata akan realitas yang sebenarnya.

Tentunya, ini membuat kita tak akan bisa belajar atau mengambil hikmah dari peristiwa menyakitkan ini. Sebagai solusi, jangan melamun atau memikirkan apa yang sudah terjadi.

Baca juga: Baru Putus dari Mantan, Bolehkah Langsung Punya Pacar Lagi?

3. Menolak kenyataan

Menurut konsultan hubungan Kevin Darne, kita harus benar-benar melepaskan mantan jika ingin move on. Kenyataanya, banyak dari kita yang masih berharap untuk kembali bersamanya.

"Novel romantis dan film Hollywood yang selalu menceritakan putus cinta sebagai loncatan untuk kebahagiaan telah mempengaruhi jalan pikiran kita," ucap Darne.

Menurutnya, hampir semua orang menyukai cerita di mana pasangan, pada akhirnya, kembali bersama setelah melalui beberapa gejolak emosional yang menyakitkan.

Selama kita berharap untuk kembali bersama dengan mantan, kita akan terus menyiksa diri sendiri dan menutup diri dari pengalaman baru.

Tak ada solusi lain selain kita benar-benar merelakan manta kekasih pergi dari hidup kita.

4. Krisis identitas

Banyak orang, khususnya mereka yang telah menjalin asmara selama bertahun-tahun, mengalami krisis identitas setelah putus cinta.

Mereka merasa kehilangan bagian dari dirinya saat harus berpisah dengan orang yang pernah menjadi pasangan.

Pemikiran semacam ini terjadi karena konsep diri seseorang berkembang pada awal suatu hubungan dan berkurang saat hubungan berakhir.

Bahkan, setelah putus cinta,  profesor psikologi dan ilmuwan hubungan Gary Lewandowski,  mengatakan banyak orang merasa tak tahu lagi siapa dirinya dan tak yakin dengan kepribadiannya.

Untuk mengatasi hal ini, kita harus terlibat dalam aktivitas baru untuk mengembalikan identitas diri kita.

Baca juga: Perlukah Menghapus Foto Mantan dari Media Sosial?

5. Hanya mendengar apa yang ingin didengar

Bantuan seorang teman adalah hal penting bagi mereka yang ingin bangkit dari patah hati.

Teman tepercaya bisa menjadi memberikan saran, tempat untuk menangis dan pendengar yang baik, terutama saat patah hati itu baru saja terjadi.

Tapi cepat atau lambat, seorang teman mungkin mengatakan hal-hal yang tidak ingin kita dengar, seperti memberi tahu kesalahan kita atas apa yang terjadi, dan bahkan mungkin menantang pemikiran kita.

Tentu ini akan membuat kita seolah disalahkan. Namun, tidak mau menerima umpan balik yang jujur dapat menyakiti kita untuk jangka panjang.

Terapis pernikahan Sara Stanizai mengatakan, banyak orang yang putus cinta melebih-lebihkan rasa sakit karena perpisahan itu dan lebih mungkin untuk membuat kesalahan yang sama dalam hubungan di masa depan.

Untuk menghindari hal ini, sebaiknya kita terbuka terhadap kritik dan saran meskipun itu sulit diterima. Sadarilah, teman kita hanya ingin membantu.

Baca juga: Berapa Lama Waktu untuk Move On dari Mantan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com