Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/04/2020, 07:15 WIB
Nabilla Tashandra,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Topik mengenai stres dan kesehatan mental rasanya semakin sering kita dengar seiring semakin bertambahnya kasus Covid-19.

Semua orang merasakan perbedaan drastis dalam hidup akibat pandemi. Salah satu kelompok yang mungkin masih terabaikan adalah anak-anak. Lho, apakah anak juga bisa mengalami stres?

"Sangat bisa," jawab Founder Remedi Indonesia sekaligus Certified Energy Psychology Practicioner, Ferry Fibriandani dalam sesi "Kulwap", Jumat (17/4/2020).

Baca juga: 8 Persoalan Anak yang Tak Boleh Diabaikan Orangtua Selama Pandemi

Namun, lanjut Ferry, anak-anak menanggapi stres dengan cara yang berbeda dari orang-orang dewasa. Akan ada perubahan perilaku yang ditunjukkan, beberapa di antaranya:

- Bersikap lebih menuntut.

- Merasa cemas.

- Terlihat mulai menarik diri.

- Mengigau.

- Ketakutan, seperti takut pada kegelapan, takut sendiri, atau takut pada orang asing.

- Sulit konsentrasi.

- Mengalami perubahan suasana hati.

- Menunjukkan perilaku gelisah, seperti menggigit kuku, dan lainnya.


Secara fisik, beberapa gejalanya antara lain:

- Penurunan atau peningkatan nafsu makan.

- Mengeluh rasa sakit pada perut atau kepala, gejala sudah memengaruhi metabolisme tubuh.

- Ngompol.

- Gangguan tidur atau mimpi buruk, dan lainnya.

Baca juga: 4 Cara Membantu Mengatasi Kecemasan Anak Selama Karantina

Mengatasi stres

Secara umum, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengelola stres yang hadir di masa pandemi. Beberapa dari langkah-langkah berikut mungkin juga bisa menjadi opsi untuk membantu anak Anda yang mengalami stres:

1. Lakukan perencanaan untuk mengumpulkan dan memenuhi kebutuhan hidup dasar dan keperluan yang terkait seperti bahan pangan, obat-obatan, dan vitamin, koneksi internet, dan lainnya.

2. Batasi screen time (waktu mengakses gawai atau gadget), termasuk membatasi membaca berita dan hanya memilih dari sumber-sumber yang terpercaya. Sebab, berita negatif mampu mempengaruhi kondisi mental.

3. Memperkuat koneksi atau hubungan dengan orang-orang yang mendukung rasa positif.

4. Bawa variasi dan kreativitas ke dalam keseharian, misalnya memulai kembali hobi lama selain hanya menonton televisi, seperti mencoba resep-resep makanan dengan bahan yang ada, jalan atau olahraga pagi, menata rumah, dan lainnya.

5. Mengambil kelas meditasi atau webinar yang mengajarkan tentang self healing.

6. Menggunakan kata-kata afirmatif dan positif untuk membantu mengurangi pikiran negatif.

7. Hubungi tenaga ahli di bidang kesehatan mental jika tanda-tanda stress mulai mengganggu aktivitas dan pola hidup.

8. Melakukan aktivitas perawatan diri, seperti merawat tubuh, menulis jurnal, dan lainnya.

Baca juga: Menjawab Pertanyaan Anak, Kapan Pandemi Covid-19 Akan Berakhir?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com