Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vagina Berdarah Usai Bercinta, Ada 6 Kemungkinan Penyebabnya

Kompas.com - 23/10/2020, 21:35 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menemukan darah di seprai setelah bercinta pastinya bisa menurunkan mood, meski beberapa orang mungkin menganggapnya sebagai hal yang wajar.

Asisten profesor Departemen Kesehatan Wanita di The Dell Medical School University of Texas, Amerika Serikat, Rachel Bowman, MD, memberikan penjelasan tentang fenomena ini.

Dia mengatakan, pendarahan selama atau setelah berhubungan seks yang tidak terkait dengan siklus menstruasi terjadi pada sekitar 6-10% persen perempuan. 

Baca juga: Vagina Kentut Saat Bercinta, Normalkah?

Penasaran kenapa?

Setidaknya ada enam alasan mengapa vagina mengalami pendarahan setelah berhubungan seks.

1. Adanya infeksi

Klamidia, herpes genital, gonore, trikomoniasis, dan infeksi jamur adalah jenis-jenis infeksi menular seksual yang harus dihindari.

Infeksi ini bisa menyebabkan radang serviks, yang menyerang saluran antara vagina dan rahim.

Saat serviks meradang, penetrasi bisa menyebabkan iritasi dan kemungkinan pendarahan.

Kebanyakan infeksi menular seksual dapat dengan mudah diobati.

Sementara, infeksi jamur tidak menular secara seksual, karena infeksi jamur menyerang saluran vagina.

Namun, infeksi jamur menyebabkan iritasi pada saluran vagina yang lebih mungkin mengeluarkan darah selama atau setelah berhubungan seks.

Baca juga: Perlukah Vagina Dibersihkan Secara Khusus?

2. Vagina yang kering

Selain karena infeksi, bisa jadi vagina mengalami kekeringan.

"Dengan jenis penetrasi apa pun, jika vagina tidak cukup dilumasi, akan menyebabkan banyak gesekan," kata Jessica Geida, DO, ahli kandungan di Axia Women's Health.

Gesekan ini dapat merusak vagina dan menyebabkan robekan pada dinding vagina sehingga menyebabkan perdarahan.

Kekeringan vagina dapat terjadi pada wanita dari segala usia, tetapi umumnya terjadi pada mereka yang memiliki kadar estrogen rendah, seperti wanita pasca menopause dan menyusui.

Estrogen berkontribusi pada kelembapan dan kelenturan jaringan vagina, maka wanita dengan tingkat estrogen rendah lebih rentan mengalami pendarahan saat berhubungan seks.

3. Memiliki polip

Wanita yang memiliki polip rahim cenderung akan mengalami pendarahan setelah berhubungan seks.

Polip adalah pertumbuhan daging berbentuk bola kecil pada lapisan jaringan.

Biasanya, polip tidak berbahaya dan tidak menyakitkan, tetapi sangat sensitif.

Jadi, jika terbentur saat penetrasi oleh jari, sex toys, atau pun penis, bisa mengakibatkan pendarahan.

Baca juga: Menjaga Vagina agar Wangi Sepanjang Hari

4. Melakukan seks yang intens

Sering melakukan hubungan seks dapat membuat vagina menjadi kasar dan menyebabkan robekan sehingga terjadi pendarahan.

"Bercak ringan atau keluarnya cairan berwarna merah muda bisa menjadi respons yang normal saat vagina pulih,” ungkap ahli kandungan di Texas A&M College of Medicine, Hector Chapa, MD.

Meski begitu, terkadang hal ini bisa menimbulkan robekan yang besar sehingga wanita mengalami pendarahan hebat, dan mungkin memerlukan jahitan di rumah sakit.

5. Risiko kanker serviks

Pendarahan vagina yang tidak normal merupakan salah satu indikator awal terjadinya kanker serviks.

Human papillomavirus (penyebab utama kanker serviks) dapat memicu mutasi pada sel-sel di lapisan serviks.

Sel-sel serviks yang tidak normal ini dapat menyebabkan vagina mengalami pendarahan setelah berhubungan seks.

"Jika seseorang datang dengan keluhan perdarahan setelah berhubungan seks, hal pertama yang kami lakukan adalah memeriksa riwayat pap smear dan memastikan mereka selalu up to-date dengan skrining kanker serviks," kata Bowman.

Baca juga: 7 Cara Menjaga Vagina Tetap Kencang

6. Penggunaan kontrasepsi

Semua jenis alat kontrasepsi yang mengandung estrogen, seperti koyo atau pil dapat menyebabkan kondisi yang disebut ektropion serviks.

Kondisi ini menyebabkan sel-sel di dalam serviks berpindah ke saluran vagina. Sel-sel ini lebih lembut, maka penetrasi dapat menyebabkannya berdarah.

Ektropion serviks juga sering terjadi pada wanita hamil karena kadar estrogen meningkat secara alami selama kehamilan, dan selama masa remaja ketika wanita mengalami perubahan hormonal. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com