Pilihan surrogate atau ibu pengganti ini diambil karena Lockwood telah berjuang dengan masalah kesuburan selama bertahun-tahun.
Berbagai cara dilakukan oleh perempuan berusia 29 tahun itu untuk mendapatkan keturunan namun belum membuahkan hasil.
View this post on Instagram
Bersama suaminya, Lockwood sudah empat kali gagal melakukan transfer embrio, mengalami dua kali keguguran, dan kehamilan ektopik (di luar rahim).
Tak hanya itu, prosedur dilatasi dan kuretase meninggalkan jaringan parut yang menyebabkan masalah di rahim Lockwood. Dia dan suami kemudian memilih opsi ibu pengganti untuk mendapat keturunan.
“Kebanyakan orang Amerika tidak mampu memiliki kehamilan,” kata spesialis kesuburan yang menangani Lockwood, Dr. Brian Kaplan dari Fertility Centres of Illinois kepada Today.
Baca juga: Tips Aman Periksa Kehamilan di Tengah Pandemi Covid-19
Mendapatkan ibu pengganti menjadi salah satu cara pasangan untuk mendapat kehamilan. Tapi biayanya tidaklah murah, mencapai lebih dari 100 ribu dolar AS (sekira Rp 1,4 miliar).
Mengetahui putrinya mencari ibu pengganti, Loving menawarkan diri.
Pada awalnya ini ditolak oleh dokter. Menurut Kaplan itu bukan sesuatu yang baik. Sepanjang 29 tahun kariernya, ia telah menjalani 20 ribu prosedur bayi tabung sehingga sudah paham akan risikonya.
"Biasanya ibu pengganti atau pembawa kehamilan harus berusia di bawah 40 tahun. Tetapi memang dalam kedokteran harus melihat kondisi seseorang sebelum melakukan tindakan,” kata Kaplan.
Akhirnya setelah serangkaian pengujian yang ketat, mulai dari pemeriksaan medis hingga edukasi tentang risiko yang mungkin terjadi, Kaplan menyetujui pilihan itu dan memberi Loving lampu hijau.
“Untungnya ini pertama kali dia hamil lewat embrio transfer,” Kaplan berbagi.
“Saya telah bersama Breanna selama bertahun-tahun. Begitu banyak trauma yang telah dilewatinya tapi ketangguhannya luar biasa. Jika dia tidak memiliki ibunya, mungkin dia tidak akan punya bayi,” cetus Kaplan.
Baca juga: Mengenal Gangguan Kesuburan yang Ditandai Haid Tak Teratur
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang