Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/12/2020, 08:53 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber NY Times

Para peneliti mempertimbangkan hampir 1.500 penelitian yang diterbitkan dari 2003-Juni 2020 tentang waktu infeksi pada ribuan orang.

Sebagian dari data menggambarkan mereka mengalami infeksi cukup parah, hingga harus dirawat di rumah sakit.

Tim mengambil data dari 79 studi tentang virus corona baru, 11 studi MERS, dan delapan studi SARS.

Dari sana ditemukan kesimpulan, orang yang tidak pernah mengalami gejala tampaknya membawa jumlah virus corona baru yang sama dengan pasien yang bergejala.

Tetapi, orang tanpa gejala tampaknya mampu lebih cepat membersihkan diri dari virus ini.

Orang yang terinfeksi Covid-19 biasanya paling menular 1-2 hari sebelum timbulnya gejala sampai sekitar lima hari setelahnya.

Namun pasien mungkin membawa fragmen genetik dari virus di hidung dan tenggorokan selama rata-rata 17 hari, dan dalam beberapa kasus, hingga tiga bulan.

“Beberapa pasien mungkin membawa virus menular di paru-paru mereka - bukan di hidung dan tenggorokan - selama delapan hari setelah gejala dimulai.”

Begitu kata Dr. Megan Ranney, seorang dokter darurat di Brown University.

Sehingga untuk pasien semacam ini, setidaknya, periode isolasi mungkin lebih lama dari lima hari, jika saja mereka dapat diidentifikasi.

Ranney menambahkan, masalahnya adalah, penderita Covid-19 yang memiliki pneumonia atau tidak, tak bisa dilihat dengan pemeriksaan fisik saja.

Baca juga: Jangan Stres saat Isolasi, Cobalah Strategi Mind Mapping di Rumah

Untuk itu, masing-masing individu tak bisa menentukannya sendiri.

Faktor usia

“Orang yang lebih tua cenderung menularkan penyakit lebih lama daripada orang yang lebih muda."

"Tetapi tidak ada penelitian dalam analisis yang mendeteksi virus hidup setelah sembilan hari timbulnya gejala."

“Hasilnya menunjukkan bahwa tes positif setelah titik itu hanya menemukan fragmen genetik, daripada virus hidup secara keseluruhan,” kata Dr. Cevik.

Dia menambahkan, periode infeksi yang memuncak relatif cepat selama perjalanan penyakit, membuat petugas kesehatan di klinik berisiko lebih tinggi terinfeksi daripada mereka yang bekerja di UGD, di mana pasien cenderung sudah berada di tahap selanjutnya.

Analisis tersebut menggarisbawahi data yang telah terkumpul sejak Maret.

Lalu, pada bulan Juli 2020, berdasarkan bukti serupa, CDC memotong rekomendasinya untuk isolasi menjadi 10 hari dari 14 hari.

Namun, para ahli mengatakan, waktu isolasi selama 10 hari juga dinilai masih terlalu lama bagi kebanyakan orang.

Pasien mungkin tidak mampu secara finansial untuk menjalankan isolasi selama itu, atau mereka mungkin merasa baik-baik saja, walau dinyatakan mengidap Covid-19.

“Jika kita dapat mempersingkatnya untuk orang-orang, saya pikir itu akan sangat membantu orang-orang mematuhi pedoman kesehatan masyarakat.”

Demikian diungkapkan Angela Rasmussen, ahli virologi yang berafiliasi dengan Pusat Ilmu dan Keamanan Kesehatan Global di Universitas Georgetown.

Namun, analisis baru ini pun masih dibatasi oleh fakta bahwa hanya sedikit dari studi yang disertakan melihat virus hidup.

Dr. Stefan Baral,  ahli epidemiologi di Johns. Universitas Hopkins mengatakan, beberapa orang yang lebih tua atau mereka yang sakit parah, mungkin menularkan penyakit lebih dari seminggu.

Tetapi jika periode yang disarankan lebih pendek, hal ini mungkin akan mendorong lebih banyak orang untuk mau menjalani isolasi.

Baca juga: Terpapar Covid-19, Anies Isolasi Mandiri di Rumah Dinas Gubernur

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com