Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/01/2021, 05:21 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

"Kecuali mereka berisiko tinggi terpapar virus tersebut, misalnya petugas kesehatan," tulis WHO tentang vaksin Moderna.

Sementara, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS mengatakan ada kemungkinan ibu hamil dan menyusui akan tetap memilih untuk mendapatkan vaksin.

Namun demikian, CDC menyarankan mereka untuk terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter.

Baca juga: Sudah Ada Vaksin, Masker Tetap Harus Dipakai Setahun Lagi

CDC menyebut kondisi menyusui adalah satu pertimbangan penting terkait vaksinasi, namun selama ini jarang menjadi perhatian dari sisi keamanannya.

Senada dengan itu, American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) -sebuah organisasi keanggotaan profesional untuk OB-GYNs, juga mengeluarkan pendapat.

ACOG menyebut, ibu hamil dan menyusui harus memiliki akses kepada vaksin, ketika mereka memenuhi syarat yang sesuai dengan kriteria Komite Penasihat CDC tentang Praktik Imunisasi.

Demikian pula, Society for Maternal-Fetal Medicine (SMFM) merekomendasikan orang hamil memiliki akses terhadap vaksin.

SMFM menyebut, ibu hamil harus terlibat dalam pengambilan keputusan bersama tentang keputusan mendapatkan vaksin, bersama dengan dengan dokternya.

"Secara umum, SMFM sangat menganjurkan agar wanita hamil memiliki akses ke vaksin Covid-19."

"Ibu hamil dan profesional perawat kesehatan harus terlibat dalam pengambilan keputusan bersama terkait penerimaan vaksin itu."

"Para profesional perawatan kesehatan juga harus menasihati pasien mereka bahwa risiko teoretis dari bahaya janin dari vaksin mRNA sangat rendah," sebut SMFM.

Pada bagian ini, ACOG dan SMFM mengeluarkan pernyataan bersama sebagai tanggapan atas rekomendasi WHO tentang vaksin Moderna.

Baca juga: Strain Baru Virus Corona Ditemukan, Bagaimana Nasib Vaksin?

"ACOG dan SMFM terus menekankan, vaksin Covid-19 yang saat ini disahkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS tidak boleh ditahan dari ibu hamil yang memilih untuk menerima vaksin."

"Panduan ACOG dan SMFM saat ini tentang vaksin Covid-19 pada pasien hamil tetap berlaku," tulis organisasi tersebut.

3. Kapan ibu hamil akan diikutsertakan dalam uji klinis?

Di AS, baik Pfizer maupun Moderna belum secara terbuka merilis timeline untuk memasukkan ibu hamil dalam uji klinis.

Tidak merekrut calon orangtua dalam uji klinis dan penelitian medis bukanlah hal baru.

Demikian dikatakan Dr. Ruth Faden, pendiri Institut Bioetika Johns Hopkins Berman dan ahli bioetika yang mempelajari etika kehamilan dan vaksin.

"Untuk waktu yang sangat lama, wanita hamil tidak diikutsertakan dalam upaya evaluasi penelitian biomedis atau uji klinis."

"Baik untuk kekhawatiran tentang perkembangan janin dan apa implikasi dari pemberian obat atau vaksin eksperimental kepada wanita hamil."

"Dan, juga adanya kekhawatiran pertanggungjawaban hukum dari produsen dan perusahaan farmasi," kata Faden.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com