Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 21/09/2022, 19:43 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Masalah bau ketiak sungguh mengganggu, tak hanya untuk diri sendiri tapi lebih luas lagi, berdampak pada pergaulan di lingkungan sekitar kita.

Beruntung jika kita masih menyadari ada masalah tersebut pada badan kita, dan langsung bisa mengambil cara untuk mengatasinya.

Sebab, tak jarang orang tak menyadari ketiaknya beraroma tak sedap, sampai orang lain menegurnya. Sialnya, kebanyakan orang memilih untuk menjauh, ketimbang menegur orang yang "bau ketek".

Baca juga: Menegur Orang yang Bau Ketiak Tanpa Membuatnya Marah

Problem bau ketiak biasanya lebih rentan muncul ketika tubuh berkeringat. Keringat bercampur dengan bakteri yang berdiam di atas permukaan kulit, yang lalu menimbulkan bau tak enak.

Namun demikian, keringat adalah fungsi tubuh normal sebagai cara untuk mengatasi rasa kepanasan.

Ada 2-4 juta kelenjar keringat di tubuh. Sebagian besar adalah kelenjar keringat ekrin, dan yang lainnya adalah kelenjar keringat apokrin.

Kita memiliki banyak jenis kelenjar keringat di ketiak. Saat kita berolahraga atau menjadi terlalu panas, kelenjar itu pun mengeluarkan keringat.

Selain itu, stres dan emosi yang intens juga bisa membuat orang berkeringat.

Nah, kelenjar ekrin sebenarnya mengeluarkan cairan bening yang tidak berbau. Namun, jika mengering di kulit bisa menimbulkan tak sedap.

Sementara, kelenjar apokrin mengeluarkan cairan kental yang berbau saat bercampur dengan bakteri di kulit.

Baca juga: Cara Menghilangkan Bau Ketiak dengan Jeruk Nipis

Kelenjar keringat menjadi lebih aktif -baik pada pria maupun wanita- selama masa pubertas.

Akibatnya, adalah hal biasa bagi remaja untuk mulai mendapatkan ketiak bau, padahal sebelumnya tidak.

Kemudian, ada pula beberapa orang yang memiliki kelainan medis hingga kerap berkeringat lebih dari yang seharusnya. Nama untuk kondisi ini adalah hiperhidrosis.

Hiperhidrosis memengaruhi sekitar tiga persen populasi. Orang yang memiliki kelainan ini memiliki kelenjar keringat yang terlalu aktif. Keringat bercucuran meski sedang tidak panas atau berolahraga.

Hiperhidrosis biasanya tidak berbahaya, namun terkadang disebabkan oleh tiroid yang terlalu aktif.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com