Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Aman Bahan Tambahan Pangan Buatan bagi Tubuh?

Kompas.com - 24/08/2021, 07:43 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Bahan tambahan pangan buatan merupakan bahan sintetis yang ditambahkan ke dalam makanan untuk meningkatkan warna, rasa, dan menjadikan makanan lebih awet dan tahan lama.

Bahan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyatakan, bahan tambahan pangan buatan yang ada di pasaran aman untuk dikonsumsi.

Namun, amankah konsumsi bahan tambahan pangan buatan untuk jangka panjang?

Jenis bahan tambahan pangan buatan

FDA membagi bahan tambahan pangan buatan menjadi dua kategori, yaitu:

a) Tidak langsung

Bahan tambahan pangan buatan tidak langsung merupakan bagian dari makanan yang dikemas atau disimpan dengan cara tertentu.

Baca juga: 4 Pemanis Alami yang Baik untuk Kesehatan

b) Langsung

Bahan tambahan pangan buatan langsung diciptakan untuk tujuan tertentu, seperti meningkatkan tekstur atau rasa.

Sebagai contoh, aspartam adalah pemanis buatan yang kerap dipakai untuk meningkatkan rasa soda dan makanan rendah kalori atau bebas gula.

Bahan tambahan pangan langsung dibagi lagi menjadi dua, yakni yang alami dan buatan.

Bahan tambahan pangan alami berasal dari sumber makanan alami. Misalnya, bit merah untuk menghasilkan pewarna makanan merah alami. Sedangkan edelai dan jagung dipakai untuk membuat lesitin atau sejenis pengemulsi guna mengikat bahan makanan.

Sementara itu bahan buatan yang tidak berasal dari sumber makanan alami. Contohnya yaitu sebagian besar ekstrak vanila yang terbuat dari vanillin dan diproduksi di laboratorium.

Baik bahan tambahan pangan alami maupun buatan harus memenuhi persyaratan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan agar lolos uji keamanan.

Baca juga: Amankah Pewarna Makanan Buatan untuk Anak?

Ilustrasi bit, menanam buah bit. SHUTTERSTOCK/ULADA Ilustrasi bit, menanam buah bit.

Jenis makanan yang biasa diberi bahan tambahan

Bahan tambahan pangan buatan banyak ditemukan pada makanan seperti yogurt, roti, saus salad, makanan yang dipanggang, keripik, protein bar, dan makanan olahan lainnya.

Beberapa makanan yang dijual di pasar kemungkinan mengandung pengemulsi, sedangkan sebagian makanan lain bisa memiliki kandungan pemanis atau pewarna.

Pada produk makanan, khususnya makanan olahan, ada baiknya kita mengecek label untuk memeriksa kandungan bahan tambahan pangan buatan dalam produk tersebut.

Baca juga: 3 Cara Gunakan Daun Suji untuk Pewarna Makanan

Lebih murah daripada bahan tambahan pangan alami

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, banyak produk makanan yang mengandung pengemulsi, penstabil, atau pengental untuk meningkatkan kualitas produk tersebut.

Zat aditif ini membantu mengikat bahan makanan, seperti minyak dan air, agar menghasilkan tekstur dan tampilan yang baik.

Kemungkinan, makanan diberi zat aditif agar komposisi nutrisi pada makanan itu meningkat. Misalnya, asam akrobat sintetis dan asam folat ditambahkan ke dalam makanan karena kedua senyawa itu cenderung lebih stabil ketimbang vitamin C dan folat.

Juga, penggunaan bahan tambahan pangan buatan dipilih oleh produsen makanan karena biayanya relatif lebih murah daripada bahan tambahan pangan alami.

Baca juga: Ketahui, Bahaya Terlalu Banyak Makanan Tinggi Gula Saat Isoman

Efek mengonsumsi bahan tambahan pangan buatan

Ada sedikit bukti yang menunjukkan konsumsi bahan tambahan pangan buatan dalam jangka panjang bisa menimbulkan masalah kesehatan.

- Penyakit usus

Konsumsi bahan tambahan pangan buatan sering dikaitkan dengan peningkatan gangguan usus seperti sindrom iritasi usus besar, penyakit Crohn, dan dysbiosis (jumlah mikroorganisme dalam saluran pencernaan manusia yang tidak seimbang).

Beberapa penelitian terdahulu pada tikus menunjukkan konsumsi pemanis buatan dapat menurunkan keragaman bakteri usus dan memicu masalah pencernaan.

Baca juga: Jenis-jenis Diet Terbaik dan Terburuk untuk Kesehatan Usus, Apa Saja?

Akan tetapi, tidak ada penelitian yang langsung mengungkap kaitan antara bahan tambahan pangan buatan dengan masalah kesehatan usus pada manusia.

Satu hal yang perlu digarisbawahi, mikrobioma manusia berbeda dari hewan. Oleh karena itu, proses metabolisme pemanis buatan pada tubuh tikus tentu tidak sama dengan manusia.

Di samping itu, sebagian besar penelitian yang dilakukan menggunakan dosis pemanis buatan yang jauh lebih tinggi daripada dosis rata-rata yang dikonsumsi manusia.

Perlu ada studi lebih lanjut untuk memahami efek bahan tambahan pangan buatan pada kesehatan manusia.

Baca juga: Agar Terhindar dari Kanker Usus Besar, Lakukan 6 Hal Ini

- Berat badan naik

Pemanis buatan tidak mengandung kalori namun memberikan rasa manis pada makanan dan minuman. Varietas populer dari pemanis buatan meliputi aspartam, acesulfame K, sakarin, dan sucralose.

Meski tidak mengandung kalori, diperkirakan pemanis buatan bisa menyebabkan penambahan berat badan dengan mengubah mikrobioma usus yang memicu perubahan metabolisme dan regulasi hormon.

Hanya saja, sebagian besar pemanis buatan tidak mencapai usus bagian bawah di mana mikrobioma usus berada. Maka dari itu, pemanis buatan tidak mungkin dapat mengubah mikrobioma usus.

Belum ada pula penelitian yang membuktikan pemanis buatan dapat menyebabkan berat badan naik.

Sebuah penelitian tidak menemukan perbedaan dalam koloni bakteri usus ketika manusia mengonsumsi pemanis buatan dalam jumlah normal.

Sejumlah ahli berpendapat pemanis buatan tidak memicu sinyal pelepasan hormon pengatur rasa lapar seperti gula, sehingga pemanis buatan bisa meningkatkan rasa lapar seseorang.

Pada banyak kasus, berbagai faktor seperti total asupan makanan, riwayat diet, dan aktivitas fisik juga dapat memengaruhi penambahan atau penurunan berat badan.

Baca juga: Mengkaji Aman Tidaknya Sakarin, Si Pemanis Buatan dalam Makanan

- Pemicu kanker

Beberapa bahan tambahan pangan buatan dikaitkan dengan risiko kanker tertentu yang lebih tinggi.

Pola makan tinggi nitrit dan nitrat yang biasa ditemukan pada daging olahan dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kolorektal.

Pada 2015, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan daging olahan sebagai karsinogenik (zat pemicu kanker) bagi manusia.

Zat aditif bisphenol A (BPA) yang biasa ditemukan dalam kemasan makanan juga disebut dapat meningkatkan risiko kanker dan gangguan endokrin.

Sebuah studi terbatas menghubungkan bahan tambahan makanan lain dengan peningkatan risiko kanker. Hasilnya, kebiasaan mengonsumsi makanan olahan dikaitkan dengan risiko terkena kanker.

Namun, tidak diketahui apakah zat aditif atau bahan tambahan pangan buatan berperan dalam peningkatan risiko kanker atau tidak.

Baca juga: Manfaat Teh Hijau bagi Kesehatan, Cegah Kanker dan Kegemukan

- Mengganggu kesehatan anak

Pewarna dan perasa makanan buatan digunakan untuk meningkatkan tampilan dan rasa pada produk makanan, terutama yang dikhususkan bagi anak-anak.

Banyak kelompok mengklaim bahan tambahan pangan buatan bisa menyebabkan gangguan perilaku dan gangguan perkembangan saraf anak. Namun, tidak banyak penelitian yang mendukung hal ini.

Satu bahan tambahan pangan buatan yang sudah dilarang untuk digunakan dalam produk anak adalah bisphenol A (BPA). Zat ini dinilai mampu mengganggu endokrin yang dapat menyebabkan masalah perkembangan pada bayi.

Mayoritas bahan tambahan pangan buatan tidak berbahaya

Agak mustahil menghindari bahan tambahan pangan buatan, sebab sebagian besar produk makanan mengandung bahan tersebut.

Kabar baiknya, kita tidak perlu membatasi bahan tambahan pangan buatan sepenuhnya. Sebagian besar bahan tambahan pangan buatan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.

Hal yang perlu kita lakukan adalah mengonsumsi makanan utuh, dan meminimalkan makanan olahan.

Jika bahan tambahan pangan buatan tertentu menyebabkan efek samping, cobalah berkonsultasi dengan dokter.

Baca juga: 5 Bahan Pangan Alami Pengganti Gula, Lebih Sehat dan Bernutrisi

Cara membatasi asupan bahan tambahan pangan buatan

- Membaca label pada produk makanan

Produsen makanan biasanya mencantumkan label yang berisi semua bahan tambahan pangan langsung (alami dan buatan).

- Mewaspadai istilah yang berbeda

Beberapa bahan tambahan pangan memiliki lebih dari satu nama. Misalnya, Splenda adalah nama merek untuk sucralose, pemanis buatan.

- Mengonsumsi makanan utuh dan tidak diolah

Cara terbaik mengurangi asupan bahan tambahan pangan buatan adalah mengonsumsi makanan utuh seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, dan daging tanpa lemak.

- Minum air putih

Air putih adalah minuman baik yang tidak memiliki pemanis buatan, daripada kita memilih minuman bersoda, minuman berenergi, dan minuman lainnya.

Baca juga: Protein Shake, Bisakah Penuhi Nutrisi Layaknya Makanan Padat?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com