KOMPAS.com – Mungkin kita sudah akrab dengan istilah body shaming atau perilaku menjelek-jelekkan dan mengomentari penampilan fisik orang lain. Namun, pernahkah kamu mendengar tentang food shaming?
Seperti halnya body shaming, food shaming pada dasarnya adalah komentar nyinyir dari seseorang terkait kualitas, kalori, lemak, atau karbohidrat, yang terkandung dalam makanan.
Mengamati dan mengomentari porsi makan seseorang juga bisa dikategorikan food shaming, lho.
Baca juga: Pahami, 7 Etika Dasar Saat Ucapkan Rasa Dukacita via Media Sosial
Berikut ini, ada beberapa contoh kalimat yang merupakan bentuk food shaming:
Jadi, hati-hatilah jika hobi mengatakan satu atau beberapa hal di atas. Bisa saja kamu telah melakukan food shaming pada orang lain.
Menurut psikolog Ninoska Peterson, ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang melakukan food shaming, seperti pengalaman atau budaya di tempat kita tumbuh hingga tren saat ini.
“Saat ini, food shaming dapat dipengaruhi oleh media sosial. Namun, riwayat keluarga, hubungan kita dengan makanan, atau pola makan saat masa kanak-kanak juga dapat berperan dalam food shaming,” kata Peterson.
Baca juga: Baca Ini Dulu Sebelum Berkomentar Nyinyir di YouTube
Peterson juga menjelaskan mengapa banyak orang yang melakukan pendekatan “semua atau tidak sama sekali” pada makanan.
Menurutnya, beberapa makanan dianggap “sehat” sementara makanan lain tidak, dan biasanya, anggapan ini terbentuk dari masa lalu kita.
“Kita memerlukan makanan sebagai bahan bakar bagi tubuh kita. Namun, kita membuat aturan terkait makanan itu, apalagi saat di masa kanak-kanak,” ujarnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.