Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Wanita Pendaki yang Buktikan Petualangan Bisa untuk Siapa Saja

Kompas.com - 16/10/2021, 17:46 WIB
Anya Dellanita,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kegiatan naik gunung sering dianggap sebagai "hobi kaum pria" karena dibutuhkan fisik yang kuat untuk melakukannya. Padahal, tak ada batasan gender untuk menikmati hobi ini.

Buktinya, ada banyak pendaki perempuan yang kemampuannya tak kalah dengan rekan pria. Empat sosok perempuan Indonesia berikut ini membuktikan jika petualangan itu untuk semua orang, tidak peduli apapun bentuknya, dan meyakini bahwa sejatinya ‘adventure to share’ - tidak hanya kepada sekitar, namun juga kepada alam.

Nah, siapa saja mereka?

Alfira Naftaly Pangalila (Abex) Alfira Naftaly Pangalila (Abex)
Alfira Naftaly Pangalila

Wanita yang akrab dipanggil “Anak Bebek” atau “Abex” ini adalah seorang pendaki yang juga travel influencer  yang memiliki kecintaan mendalam kepada gunung dan pendakian.

“Kalau ditanya apa alasan aku menyukai gunung, aku hanya bisa jawab 'because the mountain is there'” ungkap Abex yang mengaku kalau kecintaanya pada alam dipengaruhi oleh ayahnya itu.

Baca juga: Sinopsis The Himalayas, Kisah Haru Persahabatan Pendaki Gunung

Bagi Abex, mendaki gunung itu seperti merefleksikan hidup. Sebab, meski mendaki gunung membuat kita merasa lelah dan menemukan masalah serta rintangan, semua keputusan tetap ada di tangan kita.

Dalam petualangannya, Abex juga tidak pernah sembarangan. Ia selalu mempersiapkan dengan baik setiap perjalanannya, mulai dari latihan fisik, persiapan akomodasi hingga item terkecil seperti tas, seperti Eiger Ardor Lunaris yang menjadi salah satu favoritnya karena bobotnya yang ringan dan tahan banting.

“Petualangan versi aku, bukan seberapa jauh jarak yang ditempuh, seberapa tinggi gunung yang dicapai, tetapi lebih ke bagaimana kamu bisa mengeksplor diri kamu sendiri dan membuat sebuah momen berkesan".

Bagiku, mendaki tidak hanya pakai otot tetapi juga harus pakai otak dan traveling bukan hanya soal eksistensi tetapi tentang esensi,” ujar Abex yang telah beberapa kali melakukan perjalanan ke pegunungan es di Himalaya ini.

Abex sendiri selalu menuliskan dan membagikan pengalamannya ketika melakukan perjalanan, mulai dari yang sederhana, hingga kampanye kesadaran lingkungan saat berpetualang.

Baca juga: Ingin Naik Gunung Saat Libut Panjang, Simak Info 6 Gunung Ini

Putri Handayani Putri Handayani
Putri Handayani

Wanita kerap mendapat stigma bahwa mereka lebih tertarik dengan kegiatan yang tidak terlalu ekstrem. Namun, hal itu tak berlaku bagi Putri Handayani, wanita asal Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Dia memiliki ambisi luar biasa untuk menyelesaikan tantangan The Explorers Grand Slam, pendakian tujuh puncak gunung tertinggi di dunia sekaligus penjelajahan Kutub Utara dan Kutub Selatan.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Putri selalu mempersiapkan pendakiannya dengan matang.

Riset mendalam mengenai situasi dan kondisi serta cuaca dari gunung yang ia daki merupakan persiapan wajib bagi Putri guna mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang perlu dibawa, seperti sepatu Eiger Tarantula dan Laguna Baselayer favoritnya.

Putri juga berhasil membuktikan bahwa wanita bisa memiliki hobi dan pekerjaan yang identik dengan laki-laki, dengan bekerja sebagai engineer di perusahaan teknologi dan jasa minyak di lepas pantai Qatar.

Baca juga: Nyaman di Luar Ruang, Eiger Bikin Koleksi Hijab Dingin

Putri yang mulai mendaki gunung sejak usia belasan tahun ini  juga mengatakan bahwa mendaki gunung penuh dengan filosofi dan kerja keras, sekaligus membuat kita merasakan sense of achievement atau perasaan puasa yang tidak bisa dijelaskan.

“Sama saat telah bersusah payah berlatih dan akhirnya mencapai puncak gunung,” ujarnya.

Gunung sendiri telah memberikan banyak pelajaran yang diterapkan Putri dalam menjalani hidupnya, seperti passion, perseverance atau kegigihan dan patience atau kesabaran.

Kini, tak sekedar mengejar ambisi dan mendaki, Putri berhasil menyandingkan ekspedisi yang dilakukannya dengan program sosial membangun sekolah alam dan merintis STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) Discovery Camps bagi anak-anak di sekitar Pegunungan Tengah Papua.

Sebab bagi Putri, ia tidak ingin hanya sekedar naik gunung saja, tetapi juga bisa turut ambil peran memberikan arti dan manfaat bagi masyarakat sekitar.

Siska Nirmala

Siska Nirmala Siska Nirmala

Pendakian di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 2010 silam membuat Siska Nirmala resah karena banyaknya sampah yang ada di gunung tersebut. Namun, justru itulah yang mengubah perspektif hidupnya hingga saat ini.

“Pendakian tersebut menjadi titik balik untuk saya. Menjadi pengingat untuk memikirkan bagaimana caranya naik gunung, melakukan yang saya suka, tapi tidak menghasilkan sampah,” ujar Siska.

Sejak saat itu Siska menjalani gaya hidup nol sampah (zero waste) secara bertahap sejak 2012 dan setahun berikutnya membuat gerakan Zero Waste Adventure, alias ekspedisi nol sampah atau meminimalisir potensi sampah di gunung.

Baca juga: Cara Sederhana Menerapkan Zero Waste Living

Saat ini, Siska tengah sibuk mengembangkan toko nol sampah di Bandung untuk membantu para pegiat gaya hidup zero waste.

Menurut Siska, petualangan itu memang dimulai dari rumah, karena apa yang kita lakukan di alam bebas sebenarnya adalah refleksi dari keseharian kita. Jadi, apabila di keseharian kita banyak menghasilkan sampah tentunya hal tersebut juga akan kita lakukan saat berada di alam bebas.

“Oleh karena itu saya menerapkan gaya hidup nol sampah ini sejak di rumah, hingga pada akhirnya membawa semangat nol sampah saat melakukan kegiatan di alam bebas,” ujar Siska.

Untuk pendakian paling berkesan, Siska menganggap bahwa pendakian ke Gunung Argapura di Jawa Timur lah yang menjadi jawabannya.

Pasalnya, gunung yang menjadi perjalanan terpanjang Siska di pulau Jawa tersebut didakinya dengan tidak menghasilkan sampah sama sekali, menjadi sebuah pencapaian bagi Siska.

Sementara itu soal zero waste adventure, Siska tentunya membutuhkan beberapa persiapan, seperti membawa air minum, water bladder, dry bag dan sekop lipat, dengan Eiger Dry Bag dan Eiger hydration bladder yang menrutnya dapat membantu manajemen perbekalan dan mengompos sisa-sisa sampah organik di gunung.

Baca juga: 5 Tips Buang Air Saat Naik Gunung, Jangan di Botol Plastik

Adinda Thomas Adinda Thomas
Adinda Thomas

Beberapa tahun belakangan, Adinda memang ketagihan naik gunung karena beberapa alasan, yaitu tergoda pemandangan yang indah serta menyegarkan pikiran dan hatinya.

Baginya, mendaki gunung membuat ia bisa meraih sudut pandang yang berbeda dalam berbagai hal.

Adinda juga mengatakan bahwa mendaki membuatnya bisa bertemu dengan orang-orang yang memiliki karakter berbeda, membuatnya belajar mencari solusi, menjadi mahir membaca situasi dan banyak melakukan pengendalian diri, serta dapat mengontrol emosi.

Lebih bersyukur juga turut dirasakannya. Sebab, di gunung ia bisa menyadari seberapa kecil dirinya dibandingkan dengan ciptaan Tuhan lainnya, membuatnya menjadi lebih peka, baik dari dalam maupun luar.

Baca juga: Berpetualang di Alam Bisa Bikin Bahagia, ini Alasannya

Soal petualangan, Adinda mengatakan bahwa hal itu akan membuat kita semakin kaya.

“Dengan semakin banyaknya perjalanan yang kita lakukan, tentu akan semakin menyadarkan betapa kecilnya kita dan betapa banyak pelajaran hidup yang bisa kita ambil dari setiap perjalanan. Petualangan juga menjadi salah satu kontributor positif terhadap diri sendiri dan juga alam,” ujarnya.

Adinda yang makin merasa lebih sayang pada alam dan keluarganya setelah mendaki ini juga rupanya memperhatikan penampilah loh.

“Outfit yang dipakai ketika mendaki juga menjadi salah satu hal penting bagi aku. Contohnya seperti celana outdoor dari Eiger dengan bahan stretch dan mudah kering, sangat membantu aku ketika beraktivitas di luar ruang.

Lalu, jaket tahan angin dan air yang bisa dikemas seperti Eiger Prana Vata juga selalu ku bawa karena ringan tetapi banyak kegunaannya,” katanya.

 Baca juga: Eiger Luncurkan Kampanye Kenali Negeri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com