Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Jenis Minyak Goreng yang Sebaiknya Dihindari demi Kesehatan

Kompas.com - 07/01/2022, 15:00 WIB
Anya Dellanita,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat ini, minyak goreng sehat seperti extra virgin olive oil atau minyak alpukat yang kaya akan nutrisi memang semakin banyak tersedia di pasaran.

Namun, tetap saja ada beberapa jenis minyak yang justru memiliki dampak negatif bagi tubuh kita, terutama jika sering digunakan.

"Penting untuk diingat bahwa tidak semua minyak goreng dibuat sama."

"Sayangnya, beberapa minyak malah membahayakan kesehatan dengan meningkatkan peradangan di tubuh."

"Kita pasti ingin menghindari minyak, terutama minyak nabati," ujar ahli diet Carrie Gabriel, seperti dilansir laman Real Simple.

Nah, berikut ini ada enam minyak goreng yang sebaiknya dihindari.

Minyak canola adalah minyak goreng kerap diperdebatkan jika menyangkut masalah kesehatan.

Umumnya, yang menjadi perdebatan adalah bahwa sebagian besar minyaknya diproduksi dari tanaman rekayasa genetika.

Baca juga: 7 Minyak Goreng Sehat yang Baik untuk Dikonsumsi

Sehingga memerlukan bahan kimia yang disebut heksana untuk diproses, dan mengandung sejumlah kecil lemak trans.

Dari sudut pandang ahli gizi, menghilangkan lemak trans, bahkan dalam jumlah kecil, bermanfaat bagi kesehatan. Karena itulah minyak canola dianggap “tidak sehat.”

"Meskipun saya tidak akan menganggap minyak canola sebagai hal terburuk yang dapat kita konsumsi, tetapi ada minyak yang lebih sehat, seperti minyak zaitun, alpukat, atau wijen."

"Jadi, saya sebisa mungkin memilih minyak lainnya,” ujar ahli diet Liz Cook.

  • Minyak kedelai

Ahli diet Mehak Naeem, yang juga bukan penggemar minyak canola, rupanya memiliki pemikiran serupa tentang minyak kedelai.

"Minyak kedelai harus dihindari karena mengandung lemak tidak stabil yang akan merusak nilai gizi dalam makanan," ujarnya.

Selain itu, Naeem berpendapat, minyak kedelai memiliki titik asap yang sangat rendah.

Artinya, minyak ini dapat dengan mudah membakar makanan kita.

  • Minyak sawit

Menurut Andrea Canada, Kepala Ahli Diet di Square Fare, minyak sawit umumnya digunakan sehari-hari sebagai pengganti lemak trans yang lebih tidak sehat.

Memang, minyak ini mengandung trigliserida rantai menengah (MCT) layaknya minyak lainnya. Namun, MCT di dalamnnya itu berbeda dari MCT yang memiliki manfaat kesehatan.

Selain itu, sebagian besar lemak dalam minyak sawit adalah lemak jenuh rantai panjang yang tidak sehat, karena meningkatkan kolesterol jahat.

  • Minyak kelapa

Meskipun ada beberapa ahli diet yang menyetujui penggunaan minyak kelapa, tak sedikit pula yang menyarankan agar tidak terlalu sering menggunakannya.

"Saya tidak merekomendasikan minyak yang padat pada suhu kamar. Minyak tropis, seperti minyak kelapa, termasuk di dalamnya."

Baca juga: Tips Memilih Minyak Goreng yang Aman untuk Makanan

Demikian ungkap Keith-Thomas Ayoob, profesor klinis asosiasi emeritus dari Departemen Pediatri di Fakultas Kedokteran Albert Einstein.

Menurut dia, minyak kelapa mengandung lebih dari 90 persen lemak jenuh, dan penelitian pun menemukan, minyak kelapa dapat meningkatkan kolesterol LDL.

Bahkan, minyak kelapa memiliki lebih banyak lemak jenuh jika dibandingkan dengan lemak babi.

“Beberapa koki menyukainya, tetapi saya tidak menyarankan penggunaannya,” ujar dia.

  • Minyak bunga matahari

Menurut Ellie Busby, ahli gizi terdaftar dan pendiri Vojo Health, minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) umumnya tidak stabil saat dipanaskan, dan tidak boleh digunakan untuk menggoreng.

Nah, canola, minyak jagung, dan minyak bunga matahari termasuk di dalamnya.

"Minyak bunga matahari tampaknya menjadi yang paling buruk untuk menggoreng."

Baca juga: Cara Aman Membuang Minyak Goreng Bekas

"Sebab, minyak ini memiliki tingkat senyawa beracun yang lebih tinggi setelah digoreng dibandingkan dengan minyak rapeseed," ujar dia.

  • Minyak jagung

Selain minyak nabati "buruk" yang disebutkan di atas, Gabriel juga menyarankan agar kita tidak menggunakan minyak jagung.

"Banyak orang berpikir bahwa minyak ini terbuat dari sayuran asli, tetapi kenyataannya minyak ini berasal dari tanaman yang dimodifikasi secara genetik."

"Minyak ini mengandung asam lemak omega-6 dalam jumlah tinggi yang dapat menyebabkan peradangan kronis."

"Kandungannya dapat memicu masalah kesehatan, seperti penyakit jantung, diabetes, kanker, penyakit alzheimer, dan radang sendi,” ujar dia.

Isa Kujawski, pendiri serta pemilik Mea Nutrition pun menambahkan, sebagian besar minyak nabati juga mengalami pemrosesan berat pada suhu tinggi.

Proses itu menghancurkan senyawa bioaktif yang bermanfaat dan menyebabkan perubahan struktural. Akibatnya, produksi radikal bebas dalam tubuh pun meningkat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com