Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Perseteruan Kanye dan Kim, Amankah Anak-anak Bermain TikTok?

Kompas.com - 08/02/2022, 08:08 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

• Sangat mudah menemukan konten yang tidak pantas

Aplikasi ini dipecah menjadi dua bagian feed utama. Defaultnya disebut sebagai "For You," yang merupakan aliran video yang dihasilkan secara algoritmik yang mirip dengan halaman "Eksplore" di Instagram.

Jika kita menggesernya ke kiri, kita akan melihat umpan yang dikuratori secara lebih pribadi yang disebut "Following", yang menampilkan unggahan dari orang-orang yang kita pilih untuk diikuti.

"Ini adalah umpan publik sebelumnya yang sangat bermasalah," catat Jordan.

"Bahkan jika kita menyetel akun kita sendiri ke pribadi, kita mungkin masih terpapar konten seksual atau kekerasa yang diposting ke  publik," jelas dia.

Oleh karena itu, anak-anak mungkin akan terpapar dengan sejumlah konten yang tidak pantas. Mulai dari video seksual yang terang-terangan, aksi berbahaya secara fisik, hingga komentar rasis dan diskriminatif.

Baca juga: TikTok Luncurkan Fitur Family Pairing demi Keamanan Remaja

• Video yang membahayakan kesehatan mental

TikTok juga akan menampilkan konten yang sangat pribadi atau sensitif.

Video-video di aplikasi ini tidak hanya berpotensi mengganggu orang yang menontonnya secara sepintas, tetapi dapat mendorong tindakan melukai diri sendiri.

"Anak-anak yang mengaku depresi sering mendapat reaksi meremehkan dan sarkastis. Beberapa bahkan secara terbuka didorong untuk melakukan bunuh diri," terang Jordan.

Dan tentu saja, kecanduan TikTok memiliki efek yang negatif.

Sebuah penelitian di China menemukan bahwa depresi, kecemasan, dan stres yang berasal dari kecanduan TikTok terkait dengan memori kerja yang lebih buruk bagi remaja.

Sementara itu, menurut The Wall Street Journal, dokter di beberapa negara melaporkan peningkatan gadis remaja yang mengembangkan kecemasan dan depresi yang parah akibat bermain TikTok.

• Jadi korban perundungan online

Tidak seperti Twitter atau Facebook, TikTok dapat menyebabkan perundungan secara online (cyberbullying) dan trolling.

"Ketika video tidak lucu atau tidak sukses, mereka akan dibully atau diejek," ungkap Jordan.

"Ini memberikan umpan bagi pengganggu untuk mengolok-olok anak. Beberapa orang juga akan membuat akun palsi untuk menargetkan orang lain yang tidak mereka sukai," lanjut dia.

Berdasarkan temuan Security.org tahun 2022, dari semua jejaring sosial, anak-anak di YouTube adalah yang paling mungkin menjadi korban cyberbullying sebesar 79 persen, diikuti oleh Snapchat sebesar 69 persen, TikTok sebanyak 64 persen, dan Facebook sebesar 49 persen.

• Masalah privasi data

Pada tahun 2020, pemerintah AS membuka tinjauan keamanan nasional atas akuisisi TikTok oleh perusahaan China.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com