Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kanker Paru Masih Tinggi, Apa yang Perlu Dilakukan?

Kompas.com - 09/02/2022, 12:59 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Terutama bagi orang-orang yang terpapar asap rokok, menjadi perokok berat, dan mempunyai riwayat kanker paru dalam keluarga.

“Pilihan terapi di Indonesia juga harus sesuai dengan karakteristik kanker paru orang Indonesia," kata Elisna.

"Metode diagnosis dan kemajuan teknologi medis juga memungkinkan pemeriksaan molekuler untuk pasien yang telah terdiagnosis kanker paru, guna memberikan pilihan terapi target yang tepat."

"Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan luaran klinis dan menghemat biaya perawatan secara menyeluruh."

"Berdasarkan hasil penelitian ditemukan peran gen EGFR, AlK dan PD-L1 untuk pilihan terapi target yg optimal," lanjut Elisna.

Baca juga: Tak Bergejala, Kanker Paru Baru Ditemukan di Stadium Lanjut

Pencegahan kanker paru oleh pemerintah

Karena pencegahan kanker perlu mendapat payung hukum, maka peran pemerintah dalam hal ini sangat dibutuhkan.

dr. Else Mutiara Sihotang, Koordinator RS Pendidikan menyampaikan pemerintah menyadari besarnya pengaruh kanker bagi pembangunan bangsa.

Hal itu kemudian dituangkan melalui RPJMN 2019-2024 yang diharapkan mampu mengurangi 1/3 angka kematian dini akibat penyakit tidak menular, termasuk kanker pada tahun 2030.

Bahkan, Rencana Strategis Kemenkes tahun 2019-2024 juga menetapkan target 100 persen kabupaten/ kota melakukan deteksi dini penyakit kanker.

Langkah ini berlaku untuk 80 persen populasi berusia 30-50 tahun pada tahun 2024, terutama untuk kanker payudara, kanker serviks, kanker paru, dan kanker kolon.

"Walaupun saat ini sudah ada program deteksi dini untuk kanker, secara khusus untuk kanker paru memang belum ada," tambah dr. Else.

Karenanya, dia mengungkapkan bahwa pemerintah berupaya menjalankan program pengendalian tembakau dan rokok yang menjadi salah satu faktor utama kanker paru.

Namun dengan prevalensi perokok aktif sebesar 33.6 persen atau 1/3 dari seluruh populasi dewasa, dibutuhkan kerja sama berbagai pihak.

“Dalam beberapa dekade terakhir, kemajuan nyata dalam perawatan kanker telah berhasil dicapai, mulai dari skrining, diagnosis hingga pengobatan," ucap dr. Else.

“Kami mengapresiasi kolaborasi bersama dalam mengedukasi masyarakat dan membangun ekosistem tata laksana perawatan kanker yang lebih menyeluruh," tambah dia

"Dengan begitu, diharapkan juga dapat terbangun keyakinan dan kepercayaan masyarakat untuk melakukan pengobatan kanker paru di Indonesia,” pungkas dr. Else.

Baca juga: Tak Merokok Tetap Berisiko Terkena Kanker Paru, Kok Bisa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com