SIAPA yang tidak ingin mencapai kesuksesan dalam hidup mereka? Kita semua tentunya ingin merasakan momen tersebut.
Namun, bagaimana ketika kita mencapai kesuksesan, bukan perasaan senang atau bangga yang kita rasakan, melainkan perasaan “tidak pantas”.
Terasa familiar? Mungkin kamu mengalami Impostor Syndrome.
Impostor Syndrome adalah fenomena psikologis di mana seseorang secara internal memercayai bahwa dirinya tidak kompeten seperti yang orang lain pikirkan.
Pengertian ini biasanya dikaitkan pada kecerdasan dan pencapaian semata. Hal ini sebenarnya terkait dengan sikap perfeksionis dan juga berhubungan dengan konteks sosial.
Impostor Syndrome dikenal juga dengan istilah sindrom penipu atau fraud syndrome. Namun, Impostor Syndrome bukanlah penyakit mental.
Seseorang yang mengalami hal ini biasanya akan menganggap pencapaian yang ia dapatkan bisa jadi karena keberuntungan semata.
Mereka tidak memercayai kesuksesan yang mereka raih karena usaha mereka sendiri, meski orang lain sudah mengakui pencapaian tersebut.
Selanjutnya, seseorang yang mengalami sindrom ini akan merasa takut jika orang lain pada akhirnya menyadari hal yang sama seperti yang ia yakini.
Akibatnya, kita akan memaksa diri untuk bekerja lebih keras dan menuntut kesempurnaan atas setiap pekerjaan.
Dr. Valerie Young dalam bukunya berjudul "The Secret of Successful Women: Why Capable People Suffer from the Impostor Syndrome and How to Thrive in Spite of It", menggambarkan lima jenis utama dari sindrom ini.
1. The perfectionist
Jenis pertama ini menggambarkan bagaimana seseorang melakukan sesuatu dan menuntut dirinya untuk melakukannya secara sempurna.
Namun, karena kesempurnaan adalah hal yang tidak realistis, pada akhirnya ia akan mengkritik pekerjaannya sendiri, meski karena kesalahan kecil sekalipun, dan berujung pada perasaan malu untuk “gagal”.
Akibatnya, ia akan menjadi ragu untuk mencoba hal-hal baru karena meyakini dirinya tidak akan bisa melakukannya secara sempurna, meski itu adalah pengalaman pertamanya.