Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Bangga Jadi Workaholic, Ini Berbagai Dampak Buruknya

Kompas.com - 28/02/2022, 12:04 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Sekar Langit Nariswari

Tim Redaksi

2. Tidak makan di siang hari

Padatnya rutinitas pekerjaan seringkali membuat orang lupa makan siang.

Padahal, melewatkan makan dapat menyebabkan kadar gula darah turun, energi rendah, dan kemungkinan makan makanan yang tidak sehat di kemudian hari.

Baca juga: Seperti Elon Musk, Kenali Ciri-ciri Pasangan yang Workaholic

3. Tidak berolahraga

Olahraga tidak sekadar dapat menjaga kebugaran tubuh, tapi juga mampu mengatasi stres.

Disarankan agar berolahraga intensitas sedang selama 150 menit atau 75 menit aktivitas aerobik setiap minggu.

Cara ini dapat membantu mencegah depresi, menurunkan tekanan darah, meningkatkan kolesterol.

Manfaart lainnya membantu mengontrol gula darah, mengurangi risiko penyakit jantung, dan diabetes.

Jadi jangan biarkan kebiasaan "gila kerja" menghalangi kita tidak melakukan olahraga apapun.

4. Mengabaikan relasi dan hubungan

Menjadi workaholic bisa merusak hubungan kita dengan seseorang, apalagi jika sudah memiliki kekasih.

Padahal memiliki koneksi secara sosial juga dapat membantu mengatasi kesepian, mempertajam ingatan dan keterampilan kognitif, dan meningkatkan rasa kebahagiaan dan kesejahteraan.

5. Mengonsumsi narkoba atau alkohol

Dr. Borland mengatakan, narkoba dan alkohol seringkali menjadi pelarian bagi orang yang terlalu stres dan sibuk bekerja.

Penyalahgunaan zat terlarang ini padahal berbahaya karena dapat menyebabkan penurunan produktivitas.

Baca juga: Kenali Hustle Culture, Gila Kerja yang Bisa Berujung Kematian

Efek lainnya termasuk meningkatan cedera fisik saat bekerja, dan memengaruhi kemampuan untuk berkonsentrasi dan fokus.

Tanda-tanda rusaknya work life balance

Orang yang workaholic rentan mengalami stres dalam pekerjaannya.

Jika berlebihan, dan terbiasa bekerja lebih dari 55 jam, ia mungkin mengalami burnout.

Kondisi tersebut menandakan rusaknya work life balance yang dibarengi dengan berbagai gejala lainnya, antara lain:

  • Berhenti merawat diri sendiri
  • Tidak fokus pada kesehatan mental
  • Pekerjaan tidak lagi terasa berarti
  • Terus-menerus khawatir tentang kinerja pekerjaan
  • Kesulitan menetapkan batasan antara rumah dan kantor
  • Merasa kesepian.

“Llbih banyak tekanan yang diberikan pada orang-orang di angkatan kerja dan tidak ada cukup jam atau karyawan untuk mengambil jumlah pekerjaan yang diperlukan,” kata Dr. Borland.

“Akibatnya, tingkat stres orang sangat tinggi.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com