Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/03/2022, 10:00 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Kita dapat memilih dua hari puasa dengan jeda satu hari, seperti hari Selasa dan Kamis atau Rabu dan Jumat.

Pastikan kita mengonsumsi jumlah makanan yang sama seperti saat kita tidak puasa.

Baca juga: Diet Intermiten Baik untuk Kesehatan Jantung, Benarkah?

3. Alternate day fasting

Metode ketiga adalah mengubah atau memodifikasi puasa setiap hari.

Contohnya, kita membatasi kalori di hari puasa hingga 500 kalori atau sekitar 25 persen dari asupan kalori normal.

Pada hari di mana kita tidak sedang berpuasa, kita dapat kembali menerapkan diet yang sehat dan teratur.

Namun menariknya, satu temuan studi menunjukkan individu yang mengikuti pola ini selama enam bulan secara signifikan meningkatkan kadar kolesterol LDL (atau kolesterol jahat) setelah enam bulan berhenti diet.

4. Puasa 24 jam

Metode ini melibatkan puasa penuh selama 24 jam yang biasanya hanya dilakukan sekali atau dua kali dalam seminggu.

Kebanyakan orang berpuasa dari waktu sarapan hingga sarapan, atau waktu makan siang hingga makan siang keesokan harinya.

Namun metode ini berisiko menimbulkan efek samping seperti kelelahan, sakit kepala, mudah marah, lapar dan kekurangan energi.

Jika mengikuti metode ini, kita harus kembali ke pola makan normal dan sehat ketika sedang tidak berpuasa.

Berisiko bagi sebagian orang

Diet puasa bukanlah diet yang aman bagi sebagian orang, termasuk mereka yang sedang hamil, anak-anak, individu yang berisiko hipoglikemia atau orang dengan penyakit kronis tertentu.

Baca juga: Ini Cara Lain untuk Mendapatkan Manfaat Diet Intermiten Tanpa Puasa

"Jika kita berisiko mengalami gangguan makan, jangan mencoba diet puasa apa pun," saran Taylor.

"Diet intermiten juga diketahui meningkatkan kemungkinan makan berlebihan pada beberapa orang karena pembatasan tersebut."

Kenali pula efek samping yang mungkin menyertai dari pola makan ini, seperti mudah marah, kekurangan energi, rasa lapar terus-menerus, sensitif akan perubahan suhu, serta performa kerja dan aktivitas yang buruk.

Solusinya, hubungi dokter agar mereka dapat mengecek kondisi kesehatan kita dan menentukan apakah diet intermiten adalah diet yang tepat bagi kita atau tidak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com