KOMPAS.com – Cinta mampu menjebak dan membuat kita merasa dilema sebelum mengambil keputusan saat hubungan sudah di ujung tanduk.
Hal tersebut seringkali membuat kita masih mempertahankan hubungan walau awalnya terpikir untuk putus karena si doi sudah berubah dan toxic.
Munculnya kebingungan itu merupakan hal yang lumrah karena kita sudah terbiasa menaruh cinta dan harapan pada pasangan.
Tapi, kalau merasa tidak ada yang bisa diperbaiki lagi, tak ada salahnya kembali mempertimbangkan udahan dengan pasangan.
Baca juga: Gangguan Kepribadian Histrionik Bikin Hubungan Asmara Penuh Drama
Walau mengakhiri tidak semudah ketika memulai hubungan, kita bisa mantap melakukannya dengan mempertimbangkan enam hal berikut ini.
Sangat mudah untuk terjebak dalam pola pikir bahwa hubungan kembali membaik apabila satu masalah terlewati.
Padahal pemikiran semacam itu akan semakin mengakar, mengisolasi kita, dan menjadi pola yang berulang.
Kalau toh pemikiran tersebut adalah pola berulang, renungkan apakah hal ini bisa ditoleransi seiring waktu.
Pertimbangkan juga waktu dalam kehidupan yang terbuang hanya untuk menunggu pasangan kita berubah.
Teman kita mungkin mengatakan, “Wanita tidak pernah puas”, “Semua pria sama saja”, atau “Tidak ada cinta yang sempurna di dunia” saat hubungan sedang tidak baik-baik saja.
Tidak ada salahnya memang mendengarkan perkataan tersebut. Tapi, sebaiknya kita tidak menelannya secara mentah-mentah.
Lebih baik bagi kita untuk mendengarkan perkataan teman yang menyebut kita pantas dihargai dan dicintai pasangan.
Kalau kita sudah melakukan yang terbaik, tapi si doi tidak berubah, sudah tahu ‘kan ini tandanya apa?
Baca juga: Apa Hubungan Toxic Bisa Diperbaiki? Ini yang Harus Dipertimbangkan
Rasa sakit tidak hanya tumbuh dalam hubungan yang buruk. Masalah yang sama juga bisa ditemui dalam pasangan yang baik-baik saja.
Susah memang menghabiskan waktu bersama seseorang karena kompromi, niat baik, dan memaafkaan kesalahan kecil.