Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kunci Sukses Seniman Muklay Sering Digandeng Brand untuk Kolaborasi

Kompas.com - 09/06/2022, 14:30 WIB
Dinno Baskoro,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa tahun belakangan tampaknya menjadi momen tersibuk bagi seniman visual Muchlis Fachri atau yang akrab disapa Muklay.

Berkarier sejak 2010 sebagai seniman visual, Muklay sudah menerima beberapa penghargaan seperti Juara 3 Indonesia Art Awards 2015.

Kemudian meraih predikat karya seni terbaik di Nalar Sensasi Seni 2015 Galeri Nasional Indonesia, dan termasuk dinobatkan salah satu Forbes Indonesia 30 under 30 tahun 2020.

Pria asal Jakarta itu juga sempat menggelar pameran tunggal seperti See Something Strange di Artotel, Thamrin, Jakarta pada 2016 dan Perplexity Relation di SH Artspace, Ginza, Tokyo pada 2020.

Baca juga: Tengok, Kolaborasi Digimap X Muklay dan Niion, Bawa Sentuhan Colorful

Memiliki ciri khas seni visual nyentrik dengan gaya ilustrasi yang dipenuhi karakter unik, warna terang dan outline tebal.

Kini, karyanya sudah banyak dikenal orang melalui pameran yang dia ikuti serta kolaborasinya dengan banyak brand lokal, internasional hingga event bergengsi Ibu Kota.

Sebut saja Starbucks, League, Cotton Ink, Uniqlo, Xiaomi Indonesia, Dufan, Daihatsu, Filosofi Kopi, Gramedia, Eatlah, Daily Box, Coach, sampai yang terbaru dengan Digimap.

Berbagai proyek yang dihasilkan tentu berhubungan dengan keahliannya, misalnya membuat desain untuk kemasan makanan atau minuman tertentu.

Ada juga kolaborasi mural atau desain interior sebuah gerai, hingga desain yang berhubungan dengan fashion dan logo suatu perusahaan. 

Beberapa proyek kolaborasi lain dengan merek ternama juga masih dalam tahap pengerjaan dan belum bisa dikabarkan detailnya seperti apa.

Melihat segudang kesibukan seniman visual lulusan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu, lantas apa rahasia sukses dia hingga begitu banyak menjalin kolaborasi dengan brand kenamaan?

"Dari awal sebenarnya saya tidak bisa menjawab apa formulanya, gimana caranya biar bisa dilirik sama brand."

Demikian ungkap Muklay saat ditemui dalam acara kolaborasinya dengan Digimap, di Pondok Indah Mall 3, Jakarta, baru-baru ini.

Dia mengaku menekuni profesi ini dengan tetap berkarya dan mengalir begitu saja.

Baca juga: Gandeng Seniman Muklay, Coach Bawa Warna Baru di Toko Digital Pertamanya

Kenyamanan dalam berkarya

 

Coach berkolaborasi dengan seniman Muklay dalam rangka pembukaan toko digital pertamanya di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (1/4/2022).KOMPAS.COM/RYAN SARA Coach berkolaborasi dengan seniman Muklay dalam rangka pembukaan toko digital pertamanya di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (1/4/2022).

Muklay mengakui, kenyamanan dalam berkarya merupakan salah satu kunci suksesnya dalam berkarier. 

Kendati begitu, rasanya dia sedikit risau ketika kunci suksesnya diumbar-umbar, tapi ternyata tidak berlaku pada seniman lain. Dia takut penilaian itu hanya akan menjadi omongan belaka.

"Karena takutnya kalau saya ngomong ini, yang lain ikutin tapi nggak berhasil nanti jatohnya saya bohong."

"Tapi menurut saya, seorang seniman itu harus memiliki kenyamanan dalam berkarya."

Kenyamanan dalam berkarya yang dimaksud itu adalah soal eksistensi berkarya demi menemukan jati diri dan ciri khas dari setiap karya yang dihasilkan.

"Sebelum masuk industri (bisnis) memang harus nyaman dulu."

"Kalau belum nyaman dengan karya sendiri, apalagi kena brief-brief dari klien yang bikin bete. Itu nggak bisa," sambung dia.

Muklay juga memberi contoh dari perjalanannya saat berkarier sebagai seniman untuk pertama kali di tahun 2010.

Saat itu, apa yang menjadi fokusnya adalah berkarya, mencari identitas dari setiap karya yang diciptakan dan tidak berorientasi pada uang.

"Saya dari 2010 akhirnya dilirik industri di tahun 2014. Empat tahun baru bisa menikmati hasilnya."

"Baru setelah itu punya identitas, baru bisa kayak gini. Jadi ya, menggambar (berkarya) aja, nggak mengharap cari duit, karena seni itu dijalani sebagai hobi."

"Sekarang, hobi yang menghidupi saya." sambung Muklay.

Baca juga: Muklay, Seniman Visual, Cerita Awal Ketertarikannya pada Menggambar

Profesi seniman sebagai "brand"

 

Sepatu League Gelay karya kolaborasi League dengan seniman visual asal Jakarta, Muklay. Pemilik nama Muklay adalah Muchlis Fachri. League meluncurkan Gelay pada Senin (9/8/2021).League Sepatu League Gelay karya kolaborasi League dengan seniman visual asal Jakarta, Muklay. Pemilik nama Muklay adalah Muchlis Fachri. League meluncurkan Gelay pada Senin (9/8/2021).

Selain kenyamanan, agar seorang seniman visual bisa memanfaatkan peluang berbisnis atau berkolaborasi adalah menjadikan profesi ini sebagai brand.

Artinya, seorang seniman harus bisa merepresentasikan karya seni dengan baik layaknya bisnis yang lain.

Ada take and give yang diberikan, dan tentunya menguntungkan bagi kedua pihak.

"Seniman saat ini nggak seperti dulu. Harus bisa mengerti bagaimana treat-nya ke sebuah brand."

Seorang seniman perlu memahami cara berbisnis untuk bisa dipercaya dan digaet para brand ternama dengan menerapkan pola bisnis yang tepat.

"Buat strategi marketing, schedule dan target. Mau ngerjain apa, berkomisi dan berkolaborasi. Jadi punya giving back."

"Bahkan kalau setahun ada proyek tapi memang gak ada duitnya. Lakukan dan cintai pekerjaan itu," cetus Muklay.

Baca juga: Tengok Hasil Kolaborasi Unik dari Queen Beer dengan Muklay dan Ravespa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com