Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/08/2022, 13:00 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Sekar Langit Nariswari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada banyak hal yang menyebabkan anak merasa takut. Salah satunya adalah kematian.

Anak mungkin saja takut melihat orang meninggal, tidak bisa menerima salah satu anggota keluarganya telah tiada, atau dibayang-bayangi kecemasan.

Menurut psikolog asal Cleveland Clinic, Kate Eshleman, PsyD, menjelaskan tentang kematian kepada anak memang membutuhkan usaha lebih.

Baca juga: Seperti Joanna Alexandra, Simak Cara Berdamai dengan Kematian Pasangan

Namun, itu bisa dicapai apabila orang yang lebih dewasa memperhatikan usia dan tahap perkembangan anak.

9 prinsip yang perlu diperhatikan saat menjelaskan kematian pada anak

"Ketika berjuang (menghadapi kematian), perlu diantisipasi bahwa sulit memberi tahu anak tentang kematian," kata Eshleman.

Lebih lanjut, ia memberi sejumlah cara yang bisa dicoba agar anak tidak merasa takut dan memahami apa itu kematian.

1. Terus terang

Sebagian orang dewasa memilih menghaluskan bahasa kematian ketika berbicara dengan anak.

Misalnya dengan memberi tahu bahwa kakeknya sudah pergi yang membuat anak bertanya-tanya kapan ia akan pulang.

Menurut Eshleman, bahasa seperti itu justru menciptakan ambiguitas atau makna ganda.

Ia lebih menyarankan supaya orang dewasa memberi tahu anak bahwa salah santu anggota keluarganya mengalami sakit yang parah.

Kemudian jelaskan kepada si kecil bahwa nyawa orang yang mereka cintai tidak tertolong.

2. Jujur

Anak sebaiknya dijauhkan dari bahasan yang mengerikan atau menakutkan ketika membicarakan kematian.

Orang dewasa sebaiknya juga menggunakan bahasa yang mudah agar anak bisa memahami.

Dengan begitu orang dewasa dapat mempertahankan kepercayaan di depan anak meski bahasanya tetap sulit dimengerti si kecil.

Itu juga membantu mereka jika anak mendengar informasi dari orang lain tentang kematian, baik melalui internet atau teman sekelas.

Baca juga: Kesedihan Berlarut akibat Kematian Orang Terdekat, Apakah Normal?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com