Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Menghadapi Keluarga Toxic, Perlukah Putus Hubungan?

Kompas.com - 15/08/2022, 20:00 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Keluarga toxic adalah faktor yang bisa memengaruhi kondisi mental maupun emosional kita.

Hidup bersama anggota keluarga yang secara rutin bersikap toxic untuk menyakiti dan merendahkan kita memberikan dampak negatif yang amat besar.

Sayangnya, tak banyak orang yang sadar jika mereka sebenarnya besar dalam toxic family.

Walaupun pada akhirnya mampu mengenali ciri-ciri keluarga toxic, kita kemudian bingung cara menghadapinya tanpa harus memutus hubungan darah yang terjalin.

Baca juga: Apakah Kita Terjebak dalam Keluarga Toxic? Kenali Ciri-cirinya...

Cara menghadapi keluarga toxic

Annette Nunez, M.S., Ph.D. psikoterapis asal California mengatakan penting untuk mengidentifikasi batasan pribadi kita yang dilanggar ketika menangani keluarga toxic.

Dengan demikian, kita bisa memutuskan cara terbaik untuk menghadapinya, apakah perlu memutuskan hubungan langsung atau membahasanya secara terang-terangan.

"Sangat penting untuk mengidentifikasi apa batasan Anda dan untuk mengungkapkan batasan itu kepada individu—bahwa ini adalah garis bawah Anda. Tetapi jika itu tidak berjalan dengan baik, maka lepaskan," katanya.

"Beri diri Anda izin untuk mengatakan, 'Hei, saya merasa marah atau kesal, dan saya perlu membicarakan ini,'" saran psikoterapis berlisensi Babita Spinelli, L.P.

Cara ini merupakan opsi untuk melunakkan kalimat yang akan kita sampaikan sekaligus mengurangi potensi konflik dengan fokus pada apa yang kita rasakan, bukan yang mereka lakukan.

Baca juga: 5 Ciri-Ciri Toxic Parents yang Berdampak Buruk Bagi Kehidupan Anak

Namun ia mengingatkan, kita hanya bisa mengontrol tindakan sendiri ketika diskusi soal toxic family ini terjadi di luar kendali.

"Sangat penting untuk memberdayakan diri sendiri bahwa Anda memegang kendali. Anda mengendalikan perilaku, tindakan, pikiran Anda sendiri, dan bukan orang yang toxic," kata Nunez.

"Jadi, jika Anda merasa seseorang menyalahkan atau membuat Anda merasa kurang, itu urusan mereka sendiri," pesannya.

Namun, ada beberapa langkah yang bisa kita coba saat menghadapi keluarga toxic, antara lain:

Tetapkan batasan

Dinamika keluarga toxic pada akhirnya akan mencapai batas diri kita, tergantung sejauh apa kita bisa bertahan.

"Anda dapat melakukan ini sebagai orang dewasa dengan cara yang tidak dapat Anda lakukan sebagai seorang anak," jelas Rachel Zar, terapis keluarga.

Namun hidup dalam toxic family dalam janga panjang seringkali membuat kita terjebak dalam perasaan yang dialami saat masih kecil.

Jadi penting untuk menyadari jika kita sudah dewasa dan mampu menetapkan batasan pribadi.

Berdayakan diri sendiri

Ilustrasi keluargaMedio Ilustrasi keluarga
Kita bisa membatasi diri dari keluarga yang toxic ketika sudah lebih berdaya sehingga mampu bersikap lebih tegas.

Misalnya memberikan aturan kepada anggota keluarga yang berkaitan soal kita, termasuk tak lagi mengatur atau hidup terpisah dari mereka.

Ketika tinggal dari tempat yang memberdayakan diri sendiri, dinamika keluarga toxic tidak akan terlalu berpengaruh pada diri kita.

Cari bantuan

Beberapa trauma masa kecil yang disebabkan keluarga toxic terlalu dalam dan terlalu luas untuk diselesaikan sendiri sehingga perlu bantuan profesional.

"Temukan seorang profesional yang dapat Anda ajak bicara tentang mengidentifikasi beberapa perilaku toxic ini," kata Nuñez.

Baca juga: 5 Ciri Masa Kecil Tidak Bahagia yang Berdampak hingga Dewasa

"Karena seringkali ketika seseorang memiliki hubungan beracun dalam keluarga atau seseorang yang beracun, mereka tidak dapat mengidentifikasinya karena mereka 'menganggap itu normal,'" jelasnya.

Selain membantu mengenali ciri-ciri keluarga toxic, pakar juga bisa membantu kita memahami bagaimana polanya memengaruhi kita, cara menghadapinya dan belajar menetapkan batasan.

Temukan tingkat penerimaan

Hal yang harus kita sadari sebagai orang yang besar dalam keluarga toxic adalah perubahan tidak akan terjadi dalam semalam.

Jika keluarga kita tidak mau menghargai batasan dan sikap kita untuk relasi yang lebih sehat maka itu tidak bisa dipaksakan.

Jadi boleh saja kita melakukan beberapa sikap yang perlu untuk menjaga kesehatan mental termasuk membatasi kontak, kunjungan atau ikut dalam pertemuan keluarga.

"Sangat, sangat sulit untuk mengubah dinamika keluarga tanpa persetujuan atau persetujuan semua orang, jadi bagian dari pekerjaan adalah menerima bahwa inilah cara keluarga Anda akan berjalan," kata Zar.

Baca juga: Social Anxiety saat Kumpul Keluarga, Begini Cara Menghadapinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com