KOMPAS.com - Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan Ferry Irawan pada Venna Melinda mengejutkan publik.
Keduanya kerap menampilkan kemesraan apalagi sejak resmi menikah pada Maret 2022 lalu.
Keduanya selalu saling memuji sikap satu sama lain ketika diwawancara maupun di konten media sosial.
Meskipun menikah dalam usia yang sudah tidak muda lagi, Ferry dan Venna bersikap bagaikan remaja yang dilanda cinta pertama.
Ironisnya, asmara manis tersebut berakhir dengan KDRT yang kini tengah ditangani kepolisian.
Pola yang terjadi dalam hubungan Ferry Irawan dan Venna Melinda ini sebelumnya juga terlihat dalam kasus antara Rizky Billar dan Lesty Kejora, yang sempat menghebohkan sebelumnya.
Kedua pasangan sama-sama terlihat romantis dan tak sungkan menampilkan kemesraan di hadapan orang banyak.
Tak hanya hujan kasih sayang, pelaku juga memberikan kado berlimpah untuk pasangannya yang membuatnya makin teristimewa.
Baca juga: Ferry Irawan Beri Mahar Berlian untuk Venna Melinda
Sikap Rizky Billar dan Ferry Irawan ini sebenarnya bukan hal yang aneh karena banyak terjadi pada toxic relationship lainnya.
Banyak korban kekerasan domestik sulit meninggalkan pasangannya karena mengenang perilaku di masa lalu yang dianggap manis dan romatis.
Tak jarang, ini memunculkan pembenaraan jika KDRT yang dilakukan hanya kekilafan belaka sehingga tak perlu direspon berlebihan.
Namun National Domestic Violence Hotline, layanan perlindungan korban KDRT di Texas menyebut sikap manis itu sebenarnya merupakan perilaku yang sudah terpola.
Tindakannya itu sudah menjadi salah satu tahapan sebelum hubungan tersebut berkembang menjadi sesuatu yang merusak mental maupun fisik kita.
Dari situs resminya, perilaku KDRT oleh pasangan sebenarnya bisa dibagi menjadi empat tahap, yakni:
Kita merasa sangat diistimewakan dan dipahami sehingga menjadi sangat terikat dengan mereka.
Hal ini juga yang menumbuhkan rasa cinta mendalam, yang kita anggap sangat berbeda dari hubungan sebelumnya.
Baca juga: Kenali Pelaku KDRT sejak Masa Pacaran, Ini Tanda-tandanya
Status hubungan kita juga berubah dengan sangat cepat karena terlena dengan rasa nyaman yang didapatkan.
Kondisi tersebut membuat kita bingung meresponnya sehingga akhirnya memilih menikmatinya begitu saja.
Secara perlahan, pasangan kemudian mulai menampakkan perilaku aslinya dengan bersikap kasar dan tidak sehat.
Namun karena sensasi yang dirasakan di awal, kita kesulitan mengidentifikasi perilakunya dan mudah memaafkan mereka.
Baca juga: 11 Alasan Seseorang Sulit Terbebas dari Toxic Relationship
Pada fase ini, perilaku kasar dan toxic mulai meningkat sehingga insting kita mungkin mengatakan ada hal yang tidak beres.
Namun kita sulit meyakininya karena perilaku pasangan yang memikat di awal hubungan.
Biasanya pelaku akan mengulangi tindakan romantisnya itu untuk mempertahankan kontrol yang sudah dimiliki agar kita ragu untuk mengakhiri hubungan.
Baca juga: Bukan Aib, Ini yang Harus Dilakukan Saat Jadi Korban KDRT
Ada juga yang melakukan manipulasi dengan perubahan sikap yang drastis dan membingungkan.
Akhirnya kita akan mempertanyakan diri sendiri, apalagi jika mereka berusaha melemparkan kesalahan dengan menjadikan perilaku kita sebagai pemicu kekerasan yang dilakukannya.
Orang-orang dengan sikap mengendalikan, tidak sehat, dan kasar tahu bahwa perilakunya tidak baik.
Pola ini juga yang membuat kita sulit memvalidasi pengalaman kekerasan yang didapatkan karena merasa pasangan 'sebenarnya' adalah orang yang baik.
Hal ini contoh dari tindakan gaslighting sehingga kita kemudian mempertanyakan kenyataan yang dialami maupun pengalaman diri sendiri.
Baca juga: Kalimat Gaslighting yang Sering Tidak Disadari, Hati-hati
Dalam fase ini, biasanya tindakan KDRT yang terjadi sudah semakin parah.
Korban yang sadar butuh pertolongan akan mulai mempertimbangkan ulang perilaku 'manis' pasangannya di awal hubungan.
Kita juga mungkin akan mempertanyakan mana sosok pasangan yang sesungguhnya, yang penuh sikap romantis atau pelaku kekerasan.
Perasaan ini bertahan cukup lama bahkan jika kita berhasil mengakhiri toxic relationship tersebut.
Baca juga: 4 Alasan Kenapa Korban KDRT Masih Mau Pertahankan Rumah Tangganya
Hal yang harus diingat, pelaku kekerasan biasanya merasa memiliki hak istimewa sehingga sulit berubah
Meminta maaf dan untuk sementara bertindak "baik" lagi bukanlah indikasi perubahan yang sebenarnya
Jadi, jangan mudah tergoda untuk kembali bersama.
Baca juga: Kenapa Wanita Bertahan dalam Hubungan Penuh Kekerasan?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.