Tak hanya itu, dampak lainnya termasuk:
Marah memicu tekanan darah tinggi bukan hanya mitos namun benar adanya.
Bahkan, tubuh akan kesulitan menurunkan tekanan darah, yang seharusnya dilakukan ketika tidur, akibat perilaku kita sendiri.
Kemarahan dapat menyebabkan peningkatan produksi katekolamin dan kortikosteroid yang berlebihan.
Hal ini memengaruhi respons stres tubuh, perasaan marah yang sering dapat menyebabkan gangguan pada ritme jantung dan masalah dengan pembuluh darah.
Efek ini bertanggung jawab atas hubungan umum antara kemarahan dan penyakit jantung koroner.
Baca juga: Sifat Pemarah Memicu Tekanan Darah Tinggi
Masalah temperamen cenderung memicu gaya hidup tidak sehat seperti merokok, mengonsumsi kafein berlebih, makan makanan berkalori tinggi, atau mengonsumsi alkohol.
Biasanya itu dilakukan sebagai upaya untuk menenangkan saraf setelah ledakan atau meredam rasa bersalah yang dirasakan.
Masalah kontrol emosi juga meningkatkan risiko bulimia, berdasarkan riset kesehatan.
Perasaan negatif yang berasal dari kemarahan dapat ditelusuri ke kebutuhan untuk makan berlebihan dan muntah sesudahnya.
Tautan ini lebih tinggi pada orang dengan sifat yang lebih impulsif.
Temperamen tinggi dan emosi yang sulit dikontrol mungkin menjadi wujud depresi yang tidak disadari.
Biasanya ini dialami oleh penderita depresi mayor, selain juga keluhan kesedihan, kelelahan, dan kurangnya minat pada hal-hal yang sebelumnya dinikmati.
Jika terus-menerus kehilangan kesabaran karena hal sepele, bisa jadi kita menderita kecemasan atau anxiety.
Penelitian telah menunjukkan bahwa perasaan marah yang intens dan sering diketahui terkait dengan gejala fisik kecemasan
Baca juga: Mengenali Sifat Temperamental dan Cara Sehat Mengatasinya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.