Korban juga akan semakin sulit memprediksi apakah yang ia lakukan benar atau salah di mata pasangan. Bahkan jika hal yang dilakukan tepat, ia tetap merasa ketakutan. Terlebih jika pelaku bereaksi dengan menyudutkan pasangannya.
Jika masalah kecil saja membuat pengendalian diri dan emosinya berantakan, harus dicurigai apa yang terjadi jika masalah besar datang. Karena bukan tidak mungkin ia akan mulai memukul pasangannya. Terlebih jika track record-nya juga mengatakan bahwa ia adalah orang yang tempramental.
Baca juga: 8 Hal yang Harus Dibicarakan dengan Pasangan Sebelum Menikah
Hal ini dapat menyulitkan korban di kemudian hari karena kemarahan dan emosi pelaku yang tidak terkendali akan berdampak besar pada psikologis korban.
Mudah marah ini juga tidak hanya karena ia melihat bahwa apa yang korban lakukan salah, tetapi bisa pula pelaku hanya ingin melampiaskan kekesalannya.
Sering kali pelaku juga akan memaksa korban untuk melakukan sesuatu yang tidak korban inginkan. Namun, korban tidak dapat melawan. Hal ini merupakan wujud relasi kuasa atau dominasi pelaku kepada korban. Jika tidak ada perlawanan dari korban, pelaku akan lebih semena-mena seterusnya.
Meskipun privasi dalam hubungan pernikahan tidak akan sama ketika kita masih sendiri tetapi privasi yang terlalu dikekang juga salah satu bentuk pengendalian pelaku terhadap korban.
Hal ini biasanya diawali dari sandi ponsel dan seluruh media sosial yang korban miliki. Ini menunjukkan dominasi pelaku juga berguna untuk memantau apakah korban akan menceritakan perbuatannya kepada orang lain atau tidak.
Jika pelaku mengetahui korban melakukannya, ia mungkin tak akan segan untuk lebih menjauhkan korban ke kerabat atau keluarganya, bahkan menyiksa korban jauh lebih parah. Pelaku juga akan menjadi over protective terutama soal keberadaan korban di tiap waktunya.
Dari hal-hal tersebut, hubungan sudah tidak lagi sehat bahkan membuat stres berlebih setiap harinya. Dengarkan lebih lanjut penjelasan ahlinya dalam siniar Obrolan Meja Makan yang berjudul “Menyikapi Pasangan yang Melakukan KDRT” atau melalui tautan https://dik.si/OMMPasanganKDRT hanya di Spotify.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.