Lalu, anak berusia 2-5 tahun harus membatasi waktu menatap layar (screen time) satu jam atau kurang di hari kerja, dan tiga jam pada akhir pekan.
Akan tetapi, sebuah studi terbaru yang meneliti lebih dari 2.200 anak menemukan, gamer yang bermain lebih dari 21 jam per minggu memiliki performa lebih baik saat diuji untuk perilaku impulsif dan menghafal.
Hasil itu dibandingkan dengan anak yang bukan pemain video game.
Peneliti mengamati, jika dibandingkan non-gamer, gamer memiliki aktivitas lebih banyak di wilayah otak yang terkait perhatian dan memori.
Ada beberapa temuan positif lain terkait video game, yaitu:
Banyak studi menunjukkan video game memengaruhi plastisitas otak (kemampuan otak untuk berubah sebagai respons terhadap pembelajaran) melalui penggunaan kontrol perhatian dan pemrosesan hadiah.
Semakin kita dapat mengarahkan perhatian ke tugas tertentu, semakin kita terangsang untuk menyelesaikan tugas itu dan melanjutkan ke tugas yang lebih rumit.
Materi abu-abu atau lapisan terluar otak mengandung miliaran neuron dan bertanggung jawab untuk mengendalikan gerakan, memertahankan ingatan, dan mengatur emosi kita.
Intinya, semakin banyak kita belajar, semakin mampu otak untuk beradaptasi.
"Seperti stimulan, video game dapat meningkatkan materi abu-abu di otak," kata Manos.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.