Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Manfaat Bersyukur

Kompas.com - 13/02/2023, 08:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di samping itu, frekuensi bersyukur berhubungan dengan peningatan hormon oxytocin dalam tubuh (Algoe & Way, 2014; Zak et al., 2022).

Oxytocin adalah hormon yang berfungsi untuk membantu kontraksi otot baik pada wanita maupun pada pria.

Kontraksi otot pada wanita, misalnya berfungsi pada saat melahirkan dan menyusui. Sedangkan kontraksi otot pada pria, dibutuhkan pada saat proses membuang air kecil (Watson, 2021).

Semakin individu bersyukur, semakin banyak emosi positif (perasaan cinta) yang dialami, semakin tinggi tingkat hormon oxytocin. Ketika kita bersyukur dan mengalami emosi positif, sistem syaraf parasimpatis teraktivitasi dan akan mengeluarkan homon oxytocin (Moberga et al., 2019).

Demikian, emosi positif yang kita alami karena bersyukur, akan mengeluarkan hormon dopamine dan oxytocin yang bermanfaat bagi tubuh.

Namun demikian, masih diperlukan penelitian apakah dan bagaimanakah hormon dopamine dan oxytocin yang dihasilkan tubuh saat individu mengungkapkan syukur akan berhubungan dengan penurunan hormon kortisol.

Walaupun belum terjelaskan bersyukur langsung dapat menurunkan kortisol, bersyukur tetap memiliki manfaat.

Bersyukur dapat dilakukan dengan mengungkapkan terima kasih atau menyampaikan penghargaan kepada diri sendiri, teman, situasi dan keadaan.

Bersyukur adalah kondisi pada saat kita berpikir mengenai apa yang sudah dimiliki dan diterima.

Bersyukur dilakukan dengan cara memandang dan menafsirkan kehidupan bahwa segala sesuatu memiliki manfaat baik langsung maupun tidak langsung.

Cara pandang bersyukur akan menimbulkan keterbukaan pikiran dan proses berpikir dapat lebih optimal, berkembang (Fredrickson, 2004).

Berdasarkan penelitian (Huwae & Suyasa, 2021), bersyukur berhubungan dengan perilaku melayani. Dalam dunia industri dan organisasi, perilaku melayani dikenal dengan istilah khusus, yaitu service-oriented organizational citizenship behavior (SOCB).

SOCB adalah perilaku sukarela yang dilakukan oleh karyawan "di luar atau melebihi" tugas dan tanggung jawab yang ditentukan (Bettencourt et al., 2001).

Karyawan yang menunjukkan SOCB, akan memberikan layanan berkualitas dan memuaskan kepada pelanggan. SOCB memiliki tiga aspek, yaitu: loyalty, participation, dan service delivery.

Loyalty ditunjukkan ketika seorang karyawan secara sukarela memberikan informasi mengenai produk, layanan, dan citra organisasinya kepada pelanggan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com