KOMPAS.com - Saat kita masih hafal dan bisa menyanyikan setiap syair dari boyband kesayangan di era 90an, maka kita tak akan pernah berpikir soal kemungkinan masalah memori di otak.
Atau, ketika kita masih dapat dengan mudah menghafal nomor telepon rumah dari sahabat kecil kita, sepertinya ancaman kepikunan belum menjadi masalah.
Penurunan fungsi kognitif memang secara alami terjadi seiring bertambahnya usia.
Maka, wajar jika kemampuan kita untuk mengingat detail, memahami, belajar, dan berpikir sedikit menurun seiring berjalannya waktu.
Baca juga: Golongan Darah AB Lebih Rentan Terkena Demensia, Ini Alasannya
Tetapi ketika itu mulai memengaruhi kualitas kehidupan sehari-hari dan kemampuan untuk menjalani kehidupan yang bahagia, sehat, dan aman, saat itulah diagnosis terkait masalah otak mungkin terjadi.
Riwayat keluarga tentu berperan dalam risiko demensia dan kondisi terkait kognisi lainnya.
Para ilmuwan pun menemukan berbagai kebiasaan yang dapat memicu munculnya masalah kepikunan ini.
Hal-hal yang sebelumnya telah terbukti mengurangi risiko komplikasi kognitif di kemudian hari meliputi:
Baca juga: Benarkah Diet Mediterania Efektif Kurangi Risiko Demensia?
Meski demikian, sepertinya masih ada kesenjangan dalam pemahaman tentang semua kemungkinan faktor risiko penurunan kognitif.
Baca juga: Sering Konsumsi Makanan Ultra Proses Tingkatkan Risiko Demensia
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.