Risikonya meningkat selama awal kehamilan, meningkat seiring perkembangan kehamilan hingga 70 persen pada beberapa wanita.
Selain itu, risiko insomnia juga lebih tinggi ketika wanita mengalami masa menopause.
Anak-anak dan remaja juga berpotensi mengalami insomnia karena mereka membutuhkan lebih banyak jam istirahat dibandingkan orang dewasa.
Kualitas tidur anak-anak menjadi lebih buruk jika ibunya menderita gejala insomnia yang berpotensi memengaruhi kesejahteraan dan perkembangan mental.
Sementara itu, insomnia selama masa remaja merupakan faktor risiko yang signifikan untuk diagnosis depresi pada masa dewasa.
Baca juga: 12 Penyebab Insomnia pada Remaja dan Cara Mengatasinya
Ada hubungan kuat antara sulit tidur dan zat tertentu seperti kafein, alkohol, dan bahkan nikotin.
Insomnia bisa menyebabkan kecanduan zat berbahaya tersebut, demikian pula sebaliknya.
Baca juga: Jangan Sepelekan, 15 Penyebab Susah Tidur di Malam Hari
Orang yang sering menikmati alkohol berisiko mengalami insomnia hingga 35 persen lebih tinggi.
Konsumsi kafein dalam porsi moderat di jam tidur, tiga jam sebelum tidur, atau enam jam sebelum tidur juga bisa memicu gangguan tersebut.
Laporan Cleveland Clinic menunjukkan lebih dari separuh pria dan wanita di atas usia 65 tahun mengeluhkan setidaknya satu masalah tidur.
Banyak orang lanjut usia mengalami insomnia dan kesulitan tidur lainnya secara teratur.
Baca juga: 4 Tips Sederhana Mengatasi Insomnia pada Lansia, Apa Saja?
Insomnia memicu risiko gangguan kesehatan mental dan sebaliknya.
Riset membuktikan kurang tidur dalam beberapa bentuk hadir di antara sebagian besar gangguan kejiwaan.
Harvard Health Publishing menyatakan setidaknya 65-90persen pasien dewasa dengan depresi berat, dan sekitar 90 persen anak-anak dengan gangguan ini, mengalami semacam masalah tidur.