KOMPAS.com - Aktris senior Hollywood Shannen Doherty datang dengan kabar buruk soal kondisi kesehatannya.
Kanker payudara yang telah dideritanya selama beberapa tahun belakangan kini menjalar ke otak.
Padahal ia telah menjalani berbagai perawatan sejak pertama kali didiagnosa tahun 2015 silam.
"Pada 5 Januari, hasil CT scan saya menunjukkan sel kanker ada di otak saya," ujarnya, lewat unggahan di Instagram.
Baca juga: Shannen Doherty Bertarung Melawan Kanker Payudara
Kanker payudara memang bukan penyakit yang asing bagi kebanyakan orang.
Informasi soal penyakit ini maupun cara pencegahan serta deteksi dini terus disebarluaskan.
Ironisnya, masih banyak mitos kanker payudara yang menyesatkan dan dipercaya oleh publik.
Tak jarang penanganan datang terlambat akibat salah pemahaman soal penyakit mematikan ini.
Baca juga: Angka Kematian Akibat Kanker Payudara Tinggi, BPA Disebut Jadi Pemicu
Berikut berbagai mitos kanker payudara, seperti yang diderita Shanned Doherty, dan fakta sesungguhnya.
Tidak ada kaitan apa pun antara ukuran payudara dengan risiko kanker meskipun pemeriksaan memang lebih sulit dilakukan pada payudara yang besar.
Obesitas dan kepadatan payudara, di sisi lain, dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Baca juga: Simak, Tips Memilih Bra yang Tepat untuk Payudara Besar
Faktanya, kanker payudara bisa terjadi pada perempuan usia berapa pun atau kapan pun.
Sekitar sembilan persen kasus kanker payudara di AS dialami perempuan di bawah 45 tahun.
Perempuan yang memiliki ibu atau saudara perempuan dengan riwayat penyakit ini dianjurkan untuk menjalani skrining setidaknya 10 tahun lebih awal.
Studi pada sinyal ponsel menunjukkan tidak ada hubungan antara penggunaan ponsel dan kanker meskipun riset untuk potensi dampak jangka panjangnya masih dilakukan.
Baca juga: Jangan Anggap Sepele, 7 Kebiasaan Ini Bisa Picu Kanker Payudara
Akan tetapi, lebih baik kita menyimpan bra di tas, dompet atau saku celana untuk menghindari potensi masalah apa pun.
Mitos ini dipercaya banyak perempuan sehingga cenderung menghindari bra jenis ini.
Padahal, tidak ada bra jenis tertentu yang bisa menyebabkan kanker.
Belum ada bukti yang membenarkan jika cairan getah bening dibatasi saat mengenakan bra berkawat atau jenis pakaian lainnya.
Selain itu, tidak ada bukti pula jika kebiasaan tidak memakai bra bisa memicu penyakit yang sama.
Baca juga: Benarkah Mewarnai Rambut Bisa Picu Risiko Kanker Payudara?
Tidak ada kaitannya antara penggunaan antiperspiran atau deodoran ketiak dan pertumbuhan kanker payudara.
Setiap tahun diperkirakan sekitar 2.190 pria akan didiagnosis menderita kanker payudara.
Persentase ini mungkin kecil namun memastikan jika penyakit ini juga mungkin dialami Kaum Adam.
Baca juga: 5 Tanda Kanker Payudara pada Pria yang Tidak Boleh Diabaikan
Kanker payudara pada pria biasanya terdeteksi sebagai benjolan keras di bawah puting dan areola.
Pria juga memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi daripada wanita, sebesar 25 persen terutama karena kurangnya kesadaran sehingga terlambat mencari pengobatan.
Mengenali adanya benjolan memang merupakan salah satu cara deteksi dini kanker payudara.
Namun tidak semua benjolan akan berubah menjadi kanker sehingga penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter.
Baca juga: 6 Gejala Kanker Payudara Selain Benjolan yang Perlu Diwaspadai
Meski demikian, kenaikan berat badan dan obesitas dapat meningkatkan risiko kanker seseorang.
Pilihan terbaik adalah menjaga asupan gula untuk kondisi kesehatan kita secara umum.
Baca juga: Bulan Kanker Payudara, Sudah Tahu Gejala Awal Kanker Ini?
Bentuk gula terbaik adalah yang alami yang ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian, karena mengandung berbagai vitamin dan mineral.
Dianjurkan untuk menghindari atau mengurangi gula dalam bentuk minuman manis, makanan pencuci mulut, serta saus dan dressing, yang sering kali mengandung gula tersembunyi berupa fruktosa, laktosa, sukrosa, maltosa, atau glukosa.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.