Penelitian Wallinus, dkk. (2016) menunjukkan perilaku tersebut dapat peningkatan risiko perilaku antisosial. Anak laki-laki memiliki risiko lebih tinggi untuk menunjukkan perilaku antisosial dibandingkan perempuan. Hal ini terjadi karena perbedaan ekspektasi masyarakat tentang peran gender pada anak perempuan dan laki-laki.
Anak laki-laki sering diberi lebih banyak kebebasan untuk bereksplorasi dan kerap menemukan hal-hal yang tidak sesuai dalam prosesnya. Meski begitu, tak menutup kemungkinan juga gangguan ini dialami oleh anak perempuan yang kini hidupnya masih serba dibatasi.
Untuk mengatasinya, Otto, dkk. (2021) menyarankan orangtua agar membentuk iklim keluarga yang suportif. Hal ini bisa meminimalisir timbulnya gangguan perilaku antisosial. Orangtua bisa menerapkan pola asuh yang seimbang antara pemberian hukuman dan afirmasi.
Saat anak berbuat kesalahan (misalnya membuat temannya menangis), orangtua tak segan memberikan konsekuensi dan juga pengertian bahwa tindakan yang dilakukan sang anak itu keliru.
Setelah itu, ajarkan anak meminta maaf agar hubungannya dengan sang teman tetap berjalan baik.
Jangan ajarkan anak lari dari masalah hingga akhirnya anak mengalami kejadian traumatis dan enggan bersosialisasi. Pasalnya, setiap memori buruk yang anak terima, otak mereka akan lebih mudah merekamnya sehingga memengaruhi tumbuh kembangnya.
Dengarkan berbagai cerita dongeng yang seru dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua di Spotify dengan tautan dik.si/dopingpodcast dan Noice dengan tautan dik.si/DopingNoice.
Akses juga playlist-nya di YouTube Medio by KG Media untuk mengetahui dongeng-dongeng lainnya yang tak kalah seru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.