Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlalu Lekat dengan Anak, Gaya Parenting yang Bikin Karakter Hancur

Kompas.com - 13/07/2023, 08:20 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber yourtango

KOMPAS.com - Sebagian orangtua mungkin memilih gaya parenting yang terlalu lekat dengan anak sampai terlibat mengurusi semua tugasnya.

Hal itu pun biasanya dilakukan agar anak-anak dapat menuntaskan segala tugasnya dengan baik dari A sampai Z.

Tapi sayangnya, pakar menyebutkan kalau gaya parenting yang satu ini menjadi pola asuh yang paling membuat karakter anak hancur.

"Kita semua sangat ingin membantu anak dengan melindungi mereka dari kegagalan dan rasa sakit."

"Tetapi membantu secara berlebihan menyebabkan kerugian," kata Julie Lythcott-Haims, mantan dekan di Stanford University sekaligus penulis buku "How to Raise an Adult", seperti dilansir YourTango.

Baca juga: Mengenal Digital Parenting, Pola Asuh di Era Digital agar Anak Menjadi Generasi Emas 

Menurut Lythcott-Haims, terlalu terlibat pada kehidupan anak dan menangani setiap masalah yang mereka hadapi, itu sama saja dengan merenggut karakter dan membuatnya tidak memahami kapasitas diri anak.

Sebab, pada dasarnya anak butuh memahami siapa diri mereka yang sebenarnya, bagaimana menghadapi masalah dan memecahkannya secara mandiri sampai mereka siap menjadi orang dewasa.

"Jika terlibat berlebihan, itu bisa membuat anak tumbuh tanpa keterampilan, kemauan dan karakter yang dibutuhkan untuk mengenal diri sendiri untuk menyusun kehidupan," lanjut Lythcott-Haims.

Pola asuh orangtua mempengaruhi kesehatan mental dan prestasi akademik

Ilustrasi orangtua sedang bermain dengan anaknya.DOK. Tanoto Foundation Ilustrasi orangtua sedang bermain dengan anaknya.

Peningkatan masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa Amerika Serikat sebagian besar menunjukkan sejauh mana pola asuh orangtua mendorong mereka membentuk kepribadian, karakter anak hingga prestasi akademiknya.

Pada tahun 2013, American College Health Association sempat meriset hampir 100.000 mahasiswa dari 153 kampus berbeda terkait akan hal itu dan hasilnya menyedihkan.

Ketika ditanya tentang pengalaman mereka terkait pola asuh orangtua masing-masing, peneliti menilai pola asuh orangtua yang terlalu lekat dengan anaknya sampai di fase remaja menunjukkan presentase kejadian sebagai berikut.

  • 84 persen merasa kewalahan dengan semua tugas yang harus dilakukan
  • 60 persen merasa sangat sedih
  • 57 persen merasa kesepian
  • 51 persen merasa sangat cemas
  • 8 persen ada keinginan bunuh diri

"Pekerjaan kita sebagai orangtua adalah melepaskan mereka. Kita perlu tahu bahwa anak memerlukan bekal demi menjaga diri mereka sendiri," tambah Lythcott-Haims.

Salah satu pola asuh terbaik bagi orangtua adalah dengan mengajari anak-anak untuk hidup mandiri dan membiarkan mereka melakukan tugasnya sendiri.

Orangtua cukup mendukung keterampilan yang mereka minati dan beri anak-anak ruang untuk melatih keterampilan itu sendiri sekalipun upayanya itu gagal.

"Gagal bukanlah akhir dari segalanya. Itu hanya sebuah langkah dalam berproses," tutur Lythcott-Haims.

Lebih lanjut, dalam hal prestasi akademis, anak sebenarnya juga perlu mempelajari banyak hal untuk diri mereka sendiri, sehingga orangtua tidak perlu terlalu terlibat dengan urusan anak di sekolah.

Anak perlu belajar menghadapi berbagai tantangan di sekolah dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Hal terbaik yang dapat dilakukan orangtua untuk anak adalah dengan membiarkan mereka apa adanya," pungkas Lythcott-Haims.

Baca juga: 4 Tipe Pola Asuh Anak, Mana Lebih Baik? 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com