Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Menyusui dan MPASI: Esensi Tandem Pencegahan Stunting sejak Dini

Kompas.com - 07/08/2023, 07:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ada lagi anak sudah lebih dari 1 tahun, tidak divaksinasi, karena (katanya) antibodi ibu ampuh sudah menjadi anugerah Sang Pencipta.

Faktanya, ASI tidak mengandung antibodi spesifik terhadap beberapa penyakit spesifik yang hanya bisa dicegah dengan vaksinasi yang spesifik juga.

Tidak jarang, sabotase terhadap vaksinasi justru heboh di media sosial berasal dari oknum-oknum berpengaruh.

Baca juga: Saatnya Benahi, Sehat Sesuai Studi Berbasis Bukti atau Jurus Testimoni?

Bangsa kita tidak miskin. Pun ilmu tidak kurang-kurang amat. Masalah besar muncul ketika ilmu sekadar buat tahu, tidak pernah jadi perilaku.

Dan tidak selamanya membesarkan seorang anak berada di perjalanan mulus tanpa gangguan. Saat anak sudah siap belajar makan, tapi ibunya masih menyuapi terus.

Saat anak sakit dan menjadi trauma makan, karena dicekok dan dipaksa. Saat anak tumbuh gigi atau sariawan, sang ibu tidak paham bagaimana mengatasi kesulitan makannya.

Saat anak membutuhkan ayah sebagai panutan dan contoh makan, tapi mereka malah makan sendiri-sendiri.

Yang lebih sering justru anak kerap diasumsikan seperti dewasa mini. Jadilah produk-produk kemasan anak yang dianggap membuat anaknya mau makan, karena diberi ‘jajanan mirip orang dewasa’. Hal yang mustahil diproduksi di negara maju.

Mencegah dan menanggulangi stunting, tidak bisa semata-mata mengubah masyarakat ramai-ramai jadi sinterklas dadakan, tanpa memahami duduk perkara penyebabnya.

Baca juga: Mengapa ASI Penting Untuk Mencegah Stunting?

Alhasil di beberapa daerah justru pemberian makanan tambahan tidak berhasil, karena anak menolak makan. Begitu pula pemberdayaan masyarakat tidak berjalan. Sebab, orang tua menjadi ‘masuk zona nyaman baru’: anaknya ada yang beri makan.

Begitu program selesai, kembali lagi masalah yang sama. Kali ini menimpa anak berikutnya. Atau anak yang sama, kembali jajan warungan dan giginya karies, diare, batuk pilek, karena pola asuh yang salah.

Sementara sang ayah serta kakeknya masih asyik merokok. Jamban keluarga masih amburadul. Sarana air bersih amat memprihatinkan.

Literasi gizi keluarga harus dimulai di segala lini. Termasuk kelompok masyarakat yang telah ‘mapan’.

Dengan demikian, semua stake holders maupun para pengusaha yang ingin berkontribusi, tidak menggunakan isu stunting justru sebagai sarana promosi dagangannya. Tapi, sungguh-sungguh mencabut masalah dari akar-akarnya.

Baca juga: Stunting atau Wasting? Salah Asumsi Berakhir Ngeri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com