Ketika ada pertanyaan tentang kenapa seseorang melakukan breadcrumbing, jawabannya akan sedikit rumit karena hal itu tergantung pada orang tersebut.
“Untuk beberapa orang, penyebabnya adalah sifat narsistik karena mereka ingin memiliki kontrol dan mendapatkan perhatianmu sehingga dalam kasus ini dapat dianggap sengaja,” terang Dr. Albers.
Namun, hal ini juga bisa karena rendahnya kepercayaan diri sehingga membutuhkan validasi. Jadi kesimpulannya, pelaku breadcrumbing mungkin saja tahu atau tidak tahu, juga peduli atau tidak peduli bahwa aksi mereka menyakiti. Pada akhirnya komunikasi, untuk mengetahui darimana asal sifat tersebut, adalah kunci.
Sejauh ini kita sangat berfokus pada ‘korban’ breadcrumbing, tapi bagaimana jika kamu pelakunya?
“Seseorang mungkin tidak sadar memiliki kepribadian narsistik. Tetapi jika orang-orang di sekitarmu telah berulang kali memberitahumu pola ini, maka penting untuk menyadarinya,” catat Dr. Albers.
Ia juga menambahkan bahwa langkah selanjutnya adalah untuk memutuskan apakah kamu mau memperbaiki perilaku itu atau tidak. Penting untuk berefleksi pada perilaku diri sendiri.
Mendapatkan perlakuan breadcrumbing bukanlah hal yang menyenangkan dan benar-benar dapat merusak harga diri. Mengubah atau keluar dari hubungan itu penting, tetapi merenungkan diri sendiri juga sama pentingnya.
“Cobalah untuk menilai mengapa kamu menerima begitu sedikit perhatian dari orang lain,” saran Dr. Albers. Situasi sulit bisa menjadi tanda bahwa kamu perlu meningkatkan harga diri dalam hubungan.
Cobalah untuk membuat daftar hal yang kamu inginkan dan layak kamu dapatkan untuk menghindari perlakuan breadcrumbing di hubungan selanjutnya.
Baca juga: Mari Mengenal 7 Tipe Pria PHP, Pemberi Harapan Palsu
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.