Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 22 September 2023, 14:32 WIB
Putri Aulia,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) mengalami kenaikan yang signifikan dalam tiga bulan terakhir. Pajanan polusi udara menjadi salah satu penyebab penyakit ISPA pada anak.

Dokter spesialis anak dari RSIA Family dan RSIA Grand Family, dr Handoko Lowis menyebut terdapat peningkatan sebesar 90 persen pasien anak pengidap ISPA.

ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang saluran napas, mulai dari hidung hingga alveoli. Ini termasuk sinus pada hidung, faringitis atau sakit tenggorokan pada saluran makan, rongga telinga tengah, dan gangguan paru.

Menurut dr.Handoko,  ISPA bisa menyerang salah satu atau beberapa bagian saluran pernapasan. Bisa terjadi di hidung atau faringitis yang menimbulkan sakit tenggorokan. Kemudian, jika terjadi di saluran pernapasan, kita bisa menyebutnya sebagai bronkitis atau bronkiolitis.

“ISPA itu adalah sebutan untuk infeksi saluran pernafasan akut, jadi termasuk batuk biasa yang kalau sudah ada infeksinya, sudah ada peradangan di saluran napas itu termasuk dalam ISPA,” sebut dr Handoko.

Selanjutnya, penyakit yang lebih serius seperti pneumonia (radang paru-paru) juga termasuk dalam kategori ISPA.

Baca juga: Polusi Udara Rusak Paru-paru dan Imun Bayi yang Baru Lahir

Penyebab ISPA

Penyebab ISPA bisa bermacam-macam, termasuk bakteri, virus, dan jamur. Selain itu, ada faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko anak mengalami ISPA, seperti polusi udara dan zat berbahaya yang mengganggu saluran nafas.

Polusi udara mengandung berbagai zat beracun, termasuk sulfur dioksida dan karbon monoksida. Partikel-partikel ini memiliki ukuran hingga sekecil 2,5 mikrometer. Jika terhirup akan berdampak negatif pada pertahanan tubuh, terutama pada saluran nafas.

Ilustrasi ISPApexels.com Ilustrasi ISPA

Hasilnya, kita menjadi lebih rentan terhadap infeksi bakteri dan virus karena polusi mengganggu kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dengan efektif. Inilah mengapa polusi udara dapat meningkatkan risiko ISPA pada saat ini.

Asap rokok juga bisa menjadi penyebab ISPA. Partikel rokok yang menempel pada pakaian dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan akut pada anak.

Oleh karena itu, Handoko menyarankan untuk tidak merokok. “Kalaupun iya, kita pulang harus mandi bersih-bersih, ganti baju semuanya, baru dekat dengan anak,” ujarnya.

Baca juga: Pertolongan Pertama Atasi ISPA pada Anak

Gejala ISPA pada anak

Gejala yang sering terlihat pada anak yang mungkin mengalami ISPA meliputi:

  • Demam.
  • Pilek dan batuk yang sering.
  • Radang atau sakit tenggorokan.
  • Pusing, terutama pada kasus yang lebih parah.

Biasanya batuk, pilek atau sakit tenggorokan bisa sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu satu sampai tiga minggu.

“ISPA ini sendiri kalau misalnya daya tahan tubuh anak baik dia akan mengalami perbaikan dalam satu sampai tiga minggu bisa sembuh sendiri,” jelas Handoko.

Selama periode itu, kita bisa memberikan obat-obatan untuk mengurangi gejala yang nampak, seperti memberikan obat penurun panas, yaitu paracetamol atau ibuprofen.

Baca juga: Pertolongan Pertama Saat Anak Sakit Batuk, Pilek, dan Demam

Jika anak pilek, kita juga bisa memberikan obat untuk mengurangi sumbatan di saluran nafasnya. Tak hanya itu, kita juga bisa membersihkan hidung anak dengan nasal aspirator.

Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah ketika anak mengalami nafas cepat dan sesak napas. 

Untuk mengidentifikasi nafas cepat, kita dapat mengukur frekuensi pernapasan anak saat dia dalam kondisi tenang atau tidur.

Hitung tarikan nafas selama satu menit penuh untuk mendapatkan angka yang akurat. Berikut adalah rentang frekuensi pernapasan cepat berdasarkan usia anak:

  • 0 hingga 2 bulan: Lebih dari 60 kali per menit.
  • 2 bulan hingga 1 tahun: Lebih dari 50 kali per menit.
  • 1 tahun hingga 5 tahun: Lebih dari 40 kali per menit.
  • Di atas 5 tahun: Lebih dari 30 kali per menit.

Selain itu, kita dapat melihat tanda-tanda sesak napas, seperti tarikan otot-otot pernapasan di bawah iga atau di atas leher, serta napas melalui hidung yang terlihat sulit.

Ini dapat menjadi petunjuk bahwa anak mengalami kesulitan bernapas. Jika gejala ini terlihat maka segera bawa anak ke dokter.

Baca juga: Ketahui Manfaat Air Putih dalam Meredakan ISPA Akibat Polusi Udara

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau